Viral Edit Foto Lebaran Jadi Kartun, Pakar Ingatkan Ancaman Privasi Data -->

Iklan Muba

Viral Edit Foto Lebaran Jadi Kartun, Pakar Ingatkan Ancaman Privasi Data

Senin, 07 April 2025
Viral Edit Foto Lebaran Jadi Kartun, Pakar Ingatkan Ancaman Privasi Data. 


Jakarta – Tren mengubah foto pribadi menjadi ilustrasi bergaya kartun menggunakan kecerdasan buatan (AI) tengah naik daun, terutama selama momen Lebaran 2025. Banyak pengguna media sosial membagikan potret bersama keluarga yang telah diubah menjadi gambar lucu mirip animasi Studio Ghibli.


Meski tampak menyenangkan, pakar keamanan siber mengingatkan bahwa tren ini juga membawa potensi risiko terhadap privasi pengguna. Perusahaan keamanan siber Kaspersky menyoroti bahaya mengunggah foto pribadi ke platform berbasis AI yang belum tentu aman.


Vladislav Tushkanov, Manajer Grup di Kaspersky AI Technology Research Center, menegaskan bahwa penggunaan layanan AI untuk hiburan maupun pekerjaan sebenarnya tak jauh berbeda dengan menggunakan platform internet lainnya dalam hal risiko data.


“Sebagian besar perusahaan ternama memang memiliki sistem keamanan untuk melindungi data pengguna, namun tidak ada sistem yang benar-benar kebal dari kebocoran atau serangan,” ujar Tushkanov dalam keterangan resminya, Jumat (4/4).


Ia menjelaskan bahwa gangguan teknis hingga serangan siber bisa membuka celah bagi data pengguna untuk bocor, dijual di darkweb, atau dimanfaatkan oleh pihak tidak bertanggung jawab. Tak hanya itu, akun yang dipakai untuk mengakses layanan AI juga bisa diretas apabila informasi login atau perangkat pengguna terekspos.


Menurut laporan dari tim intelijen digital Kaspersky, terdapat banyak tawaran di forum peretas dan darkweb yang menjual akun pengguna dari layanan AI, yang kemungkinan besar berisi riwayat interaksi pribadi, termasuk percakapan sensitif dengan chatbot.


“Foto diri, khususnya potret wajah, termasuk data yang sangat pribadi. Informasi semacam ini bisa disalahgunakan oleh pelaku kejahatan siber untuk melakukan penipuan atau berpura-pura menjadi orang lain di media sosial,” jelas Tushkanov.


Namun, ia menambahkan bahwa untuk melakukan penipuan yang lebih kompleks, pelaku biasanya membutuhkan lebih dari sekadar foto. Informasi tambahan seperti data pribadi atau dokumen penting sering kali menjadi target utama mereka.


Tushkanov juga memperingatkan bahwa menggunakan chatbot untuk membahas topik sensitif seperti masalah keuangan atau kesehatan bisa membuka celah baru bagi penjahat siber menjalankan skema penipuan, termasuk spear phishing—yakni penipuan digital yang disesuaikan secara spesifik terhadap target.


Untuk menghindari potensi risiko tersebut, Tushkanov memberikan beberapa tips aman saat menggunakan layanan AI:


Gunakan kata sandi yang kuat dan aktifkan autentikasi dua faktor bila tersedia.


Lindungi perangkat dengan sistem keamanan menyeluruh, termasuk pengelola kata sandi.


Pilih layanan dari penyedia terpercaya.


Perlakukan chatbot seperti orang asing—hindari membagikan informasi pribadi.


Jangan membahas topik sensitif atau menyebarkan dokumen rahasia.


Waspadai situs phishing yang bisa mencuri data atau menyebarkan malware.(BY)