Jakarta – Pemerintah Rusia menyatakan bahwa serangan rudal yang dilancarkan di kota Sumy, Ukraina, pada Minggu, menargetkan pejabat militer senior dari Kyiv dan NATO, yang mengakibatkan tewasnya 60 komandan senior.
Pernyataan tersebut disampaikan setelah Moskow mendapat kecaman luas atas serangan rudal yang menurut Ukraina menewaskan 34 orang, termasuk anak-anak. Para pemimpin Eropa mengutuknya sebagai tindakan kejahatan perang yang dilakukan oleh Rusia.
Pejabat Ukraina mengungkapkan bahwa dua rudal balistik menghantam pusat kota Sumy pada Minggu pagi, sebuah kota yang terletak sekitar 30 kilometer dari perbatasan Ukraina dengan Rusia. Serangan ini mengakibatkan sedikitnya 34 orang tewas dan 119 lainnya terluka. Ini merupakan serangan besar kedua dalam seminggu yang menelan korban jiwa di kalangan warga sipil di Ukraina.
Namun, Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan bahwa dua rudal Iskander-M yang diluncurkan menghantam lokasi yang digunakan oleh pejabat militer Kyiv dan sekutunya, yang mengakibatkan tewasnya setidaknya 60 komandan senior.
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, menyampaikan klaim serupa dalam komentarnya. "Kami memiliki bukti mengenai siapa yang berada di fasilitas yang diserang di Sumy. Itu adalah pertemuan lanjutan antara para pemimpin militer Ukraina dan rekan-rekan mereka dari Barat, yang menyamar sebagai tentara bayaran atau entah siapa," kata Lavrov dalam wawancara dengan Interfax yang dipublikasikan pada Selasa (15/4/2025).
Lebih lanjut, Lavrov menyatakan, "Ada tentara NATO di sana dan mereka bertanggung jawab langsung." Pernyataannya merujuk pada laporan dari *New York Times* yang mengungkapkan keterlibatan Amerika Serikat dalam operasi Ukraina terhadap Rusia sejak eskalasi konflik pada tahun 2022.
Lavrov juga menambahkan bahwa Kyiv secara teratur melanggar hukum internasional dengan menempatkan persenjataan di fasilitas sipil. "Hukum humaniter internasional dengan jelas melarang penempatan fasilitas dan senjata militer di dekat atau di dalam infrastruktur sipil," ujar Lavrov. "Sejak awal konflik, sudah ada banyak contoh di mana artileri dan sistem pertahanan udara Ukraina ditempatkan di area pemukiman dekat taman kanak-kanak," jelasnya.
Dia juga menyebutkan, "Terlalu banyak video yang beredar di internet, di mana warga Ukraina meminta militer menjauh dari toko dan taman bermain. Namun, praktik ini terus berlanjut."
Kementerian Pertahanan Rusia menuduh Kyiv menggunakan warga sipil sebagai "perisai manusia" dalam konflik ini.
Sementara itu, beberapa pejabat Ukraina mengkritik lokasi yang dipilih untuk pertemuan militer yang menjadi sasaran serangan rudal Rusia tersebut. Wali kota Konotop, Artem Semenikhin, menyalahkan kepala administrasi militer wilayah Sumy atas keputusan untuk mengadakan konferensi di lokasi yang begitu dekat dengan area sipil dan garis depan.
Sumy terletak sekitar 25 kilometer dari perbatasan Rusia dan wilayah Kursk yang berdekatan, tempat di mana pertempuran sengit terus berlangsung.(des*)