![]() |
Anggota parlemen oposisi Serbia melepaskan granat asap di dalam parlemen Serbia, di Beograd, Serbia 4 Maret 2025, |
Jakarta – Kekacauan meletus di parlemen Serbia pada Selasa (4/3/2025) ketika anggota oposisi melakukan aksi protes dengan melemparkan granat asap dan menyemprotkan gas merica. Aksi ini dilakukan sebagai bentuk perlawanan terhadap pemerintah serta dukungan bagi mahasiswa yang tengah berdemonstrasi. Insiden ini menyebabkan seorang anggota parlemen mengalami stroke di tengah kekisruhan.
Ketegangan di parlemen terjadi setelah demonstrasi mahasiswa yang telah berlangsung selama empat bulan. Gelombang protes ini bermula dari tragedi runtuhnya atap stasiun kereta api di kota Novi Sad pada November lalu, yang menewaskan 15 orang.
Demonstrasi tersebut mendapat dukungan luas dari berbagai kelompok masyarakat, termasuk guru dan petani, yang semakin meningkatkan tekanan terhadap pemerintahan Presiden Aleksandar Vucic yang telah berkuasa selama satu dekade. Para demonstran mengecam maraknya korupsi serta buruknya pengelolaan negara oleh pemerintah.
Kericuhan di Parlemen
Sidang parlemen awalnya dimulai dengan agenda yang telah disetujui oleh koalisi pemerintah yang dipimpin oleh Partai Progresif Serbia (SNS). Namun, beberapa anggota oposisi langsung maju ke meja pimpinan sidang dan terlibat bentrokan dengan petugas keamanan.
Dalam insiden tersebut, anggota parlemen oposisi melemparkan granat asap dan menyemprotkan gas merica ke ruangan sidang. Tayangan televisi menunjukkan asap hitam dan merah muda memenuhi ruang parlemen, menciptakan kekacauan di tengah jalannya sidang. Sejak Serbia beralih ke sistem multipartai pada 1990, parlemen negara itu memang kerap menjadi saksi bentrokan politik.
Presiden Aleksandar Vucic mengecam aksi tersebut dan menyebutnya sebagai "tindakan anarkis." Ia menegaskan bahwa seluruh anggota parlemen yang terlibat akan dimintai pertanggungjawaban.
"Kami tidak akan membiarkan tindakan seperti ini mengancam stabilitas negara," ujar Vucic, dikutip dari Reuters.
Dalam sistem hukum Serbia, anggota parlemen memiliki kekebalan dari tuntutan hukum kecuali jika terbukti melakukan pelanggaran berat.
Anggota Parlemen Mengalami Stroke
Ketua parlemen Serbia, Ana Brnabic, melaporkan bahwa tiga anggota parlemen mengalami cedera akibat insiden tersebut. Salah satu anggota Partai SNS, Jasmina Obradovic, bahkan mengalami stroke dan harus segera dibawa ke rumah sakit.
Menteri Kesehatan Serbia, Zlatibor Loncar, menyampaikan bahwa kondisi Obradovic cukup serius dan tengah dalam penanganan intensif.
Meskipun situasi di parlemen sempat memanas, sidang tetap dilanjutkan. Anggota koalisi pemerintah terus membahas agenda yang telah dijadwalkan, sementara oposisi membunyikan peluit dan klakson sebagai bentuk protes. Mereka juga mengangkat spanduk bertuliskan "mogok umum" dan "keadilan bagi korban," merujuk pada tragedi Novi Sad.
Aksi Demonstrasi Meluas
Di luar gedung parlemen, ratusan demonstran berkumpul dalam aksi diam untuk mengenang para korban insiden Novi Sad. Para pemimpin aksi menyerukan demonstrasi besar-besaran di ibu kota, Beograd, pada 15 Maret mendatang.
Sementara itu, pihak pemerintah menuding bahwa aksi protes ini didalangi oleh kekuatan asing yang ingin menciptakan instabilitas politik di Serbia.
"Mereka mencoba mengguncang negara ini dengan cara-cara yang tidak bertanggung jawab," ujar salah satu pejabat pemerintah.
Radomir Lazovic, pemimpin oposisi dari Front Hijau-Kiri, menyerukan pembentukan pemerintahan transisi untuk memastikan pemilu yang bebas dan adil.
"Kami mengusulkan pembentukan pemerintahan transisi yang dapat menjamin pelaksanaan pemilu yang transparan," tegasnya di depan parlemen.
Namun, Presiden Vucic dan para pendukungnya menolak tuntutan tersebut.
"Ini hanyalah upaya oposisi untuk menunjukkan bahwa mereka masih memiliki kendali, padahal kenyataannya tidak demikian," kata analis politik Radivoje Grujic kepada Reuters.
Dengan situasi yang semakin memanas, sidang parlemen akhirnya ditunda dan akan kembali dilanjutkan pada Rabu (5/3/2025).\(des*)