Hamas Tolak Proposal Israel, Kesepakatan Gencatan Senjata Tahap Kedua Buntu -->

Iklan Cawako Sawahlunto

Hamas Tolak Proposal Israel, Kesepakatan Gencatan Senjata Tahap Kedua Buntu

Minggu, 02 Maret 2025

 

Gencatan senjata tahap pertama di Gaza telah berakhir pada Sabtu (1/3), justru di awal Ramadhan


Jakarta – Gencatan senjata tahap pertama di Jalur Gaza resmi berakhir pada Sabtu (1/3/2025), bertepatan dengan awal bulan suci Ramadhan. Namun, hingga saat ini belum ada kesepakatan mengenai gencatan senjata tahap kedua, yang berpotensi memicu kembali konflik di wilayah tersebut.


Gencatan senjata pertama berlaku sejak 19 Januari dan berlangsung selama 42 hari. Selama periode itu, kelompok Hamas telah membebaskan 25 sandera Israel dalam keadaan hidup serta menyerahkan 8 lainnya yang telah meninggal. Sementara itu, Israel membebaskan hampir 1.800 tahanan Palestina.


Jika perundingan tahap kedua berhasil mencapai kesepakatan, Hamas akan membebaskan sandera Israel yang masih tersisa di Gaza, yang diperkirakan berjumlah 58 orang. Namun, dari jumlah tersebut, sekitar 34 orang diduga telah tewas. Gencatan senjata tahap kedua ini juga diharapkan dapat membuka jalan bagi penghentian konflik secara permanen.


Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah mengirim delegasi ke Kairo, Mesir, untuk melanjutkan pembicaraan. Negosiasi juga diikuti oleh mediator dari Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat. Namun, hingga Sabtu (1/3/2025), belum ada tanda-tanda kesepakatan yang tercapai antara kedua belah pihak.


Juru Bicara Hamas, Hazem Qassem, menyatakan pihaknya menolak mentah-mentah proposal yang diajukan Israel sebagai syarat untuk gencatan senjata tahap kedua. Salah satu poin yang diajukan Israel adalah penghapusan Hamas baik secara politik maupun militer, yang berarti pelucutan senjata kelompok tersebut.


Qassem pun meminta para mediator untuk menekan Israel agar mematuhi kesepakatan gencatan senjata dalam berbagai tahapannya.


Di sisi lain, Israel sebenarnya menginginkan perpanjangan gencatan senjata karena berharap semua sanderanya bisa dibebaskan. Di dalam negeri, tekanan terhadap Netanyahu untuk melanjutkan gencatan senjata semakin meningkat. Hampir setiap hari, ribuan warga Israel turun ke jalan di Tel Aviv dan kota-kota lain, mendesak pemerintah agar segera mencapai kesepakatan tahap kedua.


Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyebut bahwa opsi yang lebih disukai pemerintahannya adalah memperpanjang gencatan senjata tahap pertama daripada menyepakati tahap kedua.


Seorang pejabat Palestina yang mengetahui jalannya negosiasi mengatakan bahwa Israel mengusulkan perpanjangan gencatan senjata tahap pertama setiap pekan, dengan tujuan agar semua sandera bisa dibebaskan sebelum gencatan senjata berakhir. Namun, Hamas secara tegas menolak usulan tersebut.


Sebelumnya, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mendesak agar gencatan senjata antara Israel dan Hamas tetap dipertahankan.


"Hari-hari ke depan akan sangat krusial. Kedua pihak harus berusaha keras untuk mencegah gagalnya kesepakatan ini," kata Guterres.


Selama gencatan senjata, bantuan kemanusiaan dapat masuk dalam jumlah lebih besar ke Gaza, yang saat ini mengalami kehancuran parah. Lebih dari 69 persen bangunan di wilayah tersebut rusak atau hancur, hampir seluruh penduduknya mengungsi, dan kelaparan semakin meluas.


Terlebih lagi, umat Muslim di Gaza kini menjalani ibadah puasa di tengah kondisi yang serba kekurangan. Meskipun demikian, mereka tetap berusaha merayakan Ramadhan. Lentera-lentera dipasang di antara reruntuhan bangunan yang telah hancur akibat perang. Salat Tarawih pun dilakukan di sisa-sisa bangunan masjid yang telah runtuh atau di tanah lapang.


"Ramadhan kali ini datang saat kami hidup di jalanan, tanpa tempat tinggal, tanpa pekerjaan, tanpa uang, dan tanpa apa pun," ujar Ali Rajih, seorang warga Jabalia, Gaza Utara, kepada AFP.


Rajih beserta delapan anaknya kini tak lagi memiliki rumah dan terpaksa tinggal di jalanan tanpa kepastian.(des*)