Produksi Kakao Kabupaten Pasaman Capai 12.388 Ton pada 2024 -->

Iklan Cawako Sawahlunto

Produksi Kakao Kabupaten Pasaman Capai 12.388 Ton pada 2024

Senin, 17 Februari 2025

Tanaman kakao 


Lubuksikaping – Dinas Pertanian Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, mencatatkan produksi biji kakao (Theobroma cacao) hingga triwulan IV pada 31 Desember 2024 mencapai 12.388 ton. Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Kabupaten Pasaman, Tjatur Supriadi, menyampaikan bahwa produksi kakao mengalami peningkatan sejak triwulan II dan III, seiring dengan tingginya harga jual di tingkat petani.


“Harga biji kakao yang terus meningkat mendorong petani untuk meningkatkan produksi sepanjang tahun 2024. Saat ini, harga biji kakao kering di tingkat petani berada di kisaran Rp145.000 hingga Rp150.000 per kilogram,” kata Tjatur.


Luas area tanam kakao di Kabupaten Pasaman kini mencapai 18.838 hektare, dengan hasil rata-rata 882 kilogram per hektare. Banyak petani yang memperluas area tanam kakao karena harga yang menguntungkan. “Harga yang tinggi memberi keuntungan besar bagi petani,” tambah Tjatur.


Tjatur juga mencatatkan bahwa terdapat 17.088 Kepala Keluarga (KK) yang bekerja sebagai petani kakao di Pasaman, yang tersebar di 12 kecamatan. Kecamatan Padang Gelugur tercatat sebagai daerah dengan produksi tertinggi, mencapai 2.349 ton dari 3.021 hektare yang dikelola oleh 2.127 petani. Kecamatan Rao Selatan menyusul dengan produksi 1.774 ton dari 2.492 hektare yang dikelola oleh 1.545 petani, dan Kecamatan Simpati dengan 1.653 ton dari 2.583 hektare yang dikelola oleh 2.600 petani.


Dinas Pertanian Kabupaten Pasaman terus berupaya memberikan edukasi kepada petani mengenai teknik meningkatkan produksi kakao, mulai dari pemilihan bibit berkualitas, penanganan hama, hingga bantuan teknis lainnya. Mereka juga mengusulkan kepada Kementerian Pertanian untuk memberikan program bantuan berupa bibit atau peralatan pengering biji kakao guna meningkatkan hasil produksi.


Hadi Irpandi (28), petani kakao dari Nagari Panti Selatan, mengungkapkan pentingnya penyuluhan mengenai penanganan hama, seperti tupai, ulat, dan hama lainnya yang dapat merusak tanaman dan buah kakao. “Masih banyak petani yang belum tahu cara menangani hama yang dapat merusak tanaman dan menyebabkan buah kakao busuk,” kata Hadi.


Ia juga berharap agar pemerintah menjaga harga kakao yang menguntungkan petani dan memberikan bantuan peralatan pengolahan biji kakao untuk meningkatkan produktivitas mereka. “Harga Rp150.000 per kilogram sangat membantu kami untuk menutupi biaya operasional,” pungkasnya.(des*)