![]() |
Sejumlah nelayan di Kota Pariaman, Sumbar memindahkan ikan hasil tangkapannya |
Pariaman – Pemerintah Kota Pariaman mencatat adanya peningkatan produksi ikan tangkap pada tahun 2024 sebesar 76 ton, dari 6.011 ton pada tahun 2023 menjadi 6.087 ton.
"Alhamdulillah, produksi ikan tangkap di Pariaman tahun 2024 berhasil mencapai target," ujar Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan Kota Pariaman, Zainal, di Pariaman, Sabtu (22/2/2025).
Untuk meningkatkan produksi ikan tangkap di tahun 2025, pihaknya tidak hanya memberikan pelatihan kepada nelayan, tetapi juga menyalurkan bantuan berupa alat tangkap.
Bantuan tersebut tidak hanya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Pariaman, tetapi juga dari APBD Sumatera Barat melalui dana pokok pikiran anggota dewan yang peduli terhadap kesejahteraan nelayan.
Namun, Zainal mengungkapkan bahwa belum dapat dipastikan apakah bantuan untuk nelayan tetap tersedia pada tahun 2025, mengingat adanya efisiensi anggaran yang diberlakukan secara nasional.
"Kami sudah berkoordinasi dengan pemerintah provinsi. Saat ini, anggaran untuk kegiatan fisik dipangkas 50 persen, bahkan sisanya pun belum bisa direalisasikan. Ini berlaku secara nasional," jelasnya.
Zainal menambahkan bahwa produksi ikan tangkap di Pariaman cenderung mengalami fluktuasi setiap triwulan, yang dipengaruhi oleh faktor cuaca yang tidak menentu.
Selain itu, pertumbuhan armada tangkap nelayan juga tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Ketika ada nelayan yang mendapatkan armada baru, di sisi lain, ada pula armada lama yang mengalami kerusakan.
Meskipun target produksi telah tercapai, Zainal mengakui bahwa belum dapat dipastikan apakah jumlah ikan tangkap di Pariaman mencukupi untuk kebutuhan konsumsi masyarakat setempat.
Hal ini disebabkan oleh adanya distribusi ikan ke daerah lain oleh para pengusaha, sementara di saat produksi menurun, Pariaman juga menerima pasokan ikan dari daerah pesisir lainnya.
"Ketika produksi ikan di Pariaman melimpah, ikan akan dikirim ke daerah lain yang mengalami kekurangan. Begitu pula sebaliknya, jika produksi menurun, ikan dari daerah lain akan didatangkan ke Pariaman," ungkapnya.
Proses distribusi ini dikenal sebagai rantai dingin, yang umumnya dilakukan oleh para pedagang ikan karena mereka memiliki jaringan pemasaran di berbagai kabupaten dan kota di Sumatera Barat.
Karena sistem rantai dingin tersebut, ikan dari Pariaman tidak hanya didistribusikan ke kota-kota seperti Bukittinggi dan Padang Panjang, tetapi juga ke daerah penghasil ikan lainnya saat produksi mereka mengalami penurunan. (des*)