Cegah Tawuran dengan Penguatan Nilai-Nilai Karakter dan Ilmu Agama -->

Iklan Muba

Cegah Tawuran dengan Penguatan Nilai-Nilai Karakter dan Ilmu Agama

Kamis, 06 Februari 2025
Oleh : DR. H. Asfar Amir Tanjung, MM


Aksi tawuran antar pelajar dan remaja di berbagai kota telah menjadi masalah yang mengkhawatirkan masyarakat, mengganggu ketertiban umum, dan merugikan dunia pendidikan. Jika masalah ini terus berlanjut, dampaknya bisa sangat merugikan, baik bagi pelajar yang terlibat langsung maupun bagi mereka yang tidak terlibat, namun tetap terkena imbasnya. Tawuran tidak hanya menghentikan proses belajar mengajar, tetapi juga merusak lingkungan pendidikan.


Di Sumatera Barat, khususnya di Kota Padang, tawuran antar pelajar telah menjadi ancaman nyata yang sangat mengganggu ketertiban umum.


Pihak Kepolisian Daerah Sumatera Barat, yang dipimpin oleh Kapolda Irjen Pol Drs. Gatot Tri Suryanta, M.Si, dengan tegas menetapkan kebijakan "Zero Tawuran, Zero Balap Liar", yang tercermin dalam baliho-baliho yang terpampang di sejumlah perempatan jalan di Kota Padang.


Kapolda juga meminta masyarakat untuk segera melaporkan aksi tawuran atau balap liar yang mereka saksikan, sebagai bagian dari upaya memberantas masalah ini secara tuntas.


Tawuran antar pelajar jelas sangat merugikan dunia pendidikan, karena selain menghentikan jam pelajaran, aksi tersebut juga berisiko menimbulkan korban luka-luka dan bahkan kematian.


Pelajar yang terlibat dalam tawuran, maupun yang tidak terlibat langsung, bisa menjadi korban kekerasan. Aksi tawuran ini tidak hanya merugikan pelajar yang terlibat, tetapi juga merugikan siswa lain yang tidak ikut. Karena, mereka pun kehilangan kesempatan untuk belajar dengan baik.


Selain itu, tawuran mengakibatkan kerugian fisik dan materiil bagi keluarga pelajar yang terlibat. Terutama bagi keluarga yang kurang mampu, biaya pengobatan akibat cedera yang ditimbulkan tawuran bisa menjadi beban berat.


Kerusakan fasilitas umum, termasuk di sekolah, juga sering terjadi dalam aksi tawuran, seperti pemecahan kaca, perusakan bangunan, hingga pencoretan fasilitas sekolah.


Penyebab terjadinya tawuran bisa dibagi menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi lemahnya kontrol diri dan belum matangnya pola pikir para pelajar, yang masih mudah dipengaruhi emosi dan lingkungan.


Faktor eksternal, seperti pengaruh keluarga yang tidak harmonis (broken home), kurangnya pengawasan orang tua, kondisi ekonomi yang sulit, serta pengaruh teman sebaya, turut mempengaruhi remaja untuk terlibat dalam tindakan negatif, termasuk tawuran.


Untuk mengatasi masalah ini, penanaman nilai karakter dan agama sejak dini sangat penting. Pendidikan karakter harus dimulai sejak usia anak-anak, di mana mereka masih dalam tahap pembentukan kepribadian. Orang tua memiliki peran yang sangat besar dalam mendidik anak-anak mereka di rumah, dan ini harus didukung oleh pendidikan agama yang kuat. 


Penanaman nilai-nilai agama, termasuk kewajiban beribadah dengan istiqamah, dapat membantu membentuk karakter anak dan remaja. Bagi umat Islam, kewajiban melaksanakan salat lima waktu adalah salah satu cara untuk menghindari perbuatan buruk, seperti tawuran.


Kapolda Sumbar, Irjen Pol Drs. Gatot Tri Suryanta, telah menegaskan pentingnya menciptakan "Zero Tawuran", dan hal ini harus didukung oleh seluruh lapisan masyarakat.


Penelitian yang penulis lakukan menunjukkan bahwa siswa yang disiplin dalam melaksanakan ibadah salat cenderung memiliki prestasi akademik yang lebih baik dan memiliki akhlak yang lebih baik. Ini menunjukkan bahwa ibadah yang terjaga dengan baik akan mendukung pembentukan karakter yang positif pada pelajar.


Selain itu, penting bagi orang tua dan guru untuk secara aktif memantau dan mengarahkan pelaksanaan ibadah anak-anak mereka. Ketika karakter yang baik telah tertanam, kita dapat berharap tawuran akan berkurang. Karena, remaja yang terlibat dalam tawuran cenderung memiliki karakter yang lemah. Jika kita berhasil menanamkan disiplin dan nilai-nilai agama dalam kehidupan remaja, masalah tawuran akan dapat diminimalisir.


Dalam upaya untuk menciptakan masyarakat yang bebas dari tawuran, peran pendidikan agama sangat penting. Orang tua, guru, dan masyarakat memiliki peran besar dalam membina karakter anak-anak dan remaja di lingkungan sekitar mereka.


Semoga dengan upaya bersama, tawuran dapat menjadi masalah yang "Zero", dan ketertiban masyarakat dapat terjaga dengan baik. (Penulis: DR. H. Asfar Tanjung, Dosen/Praktisi dan Pemerhati Pendidikan).