. |
Agam - Kematian ikan keramba jaring apung di Danau Maninjau, tepatnya di Nagari Bayua, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, kembali melonjak. Hingga Kamis (12/1), Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Agam mencatat total ikan mati mencapai 25 ton.
Menurut Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Agam, Rosva Deswira, peristiwa ini disebabkan oleh angin kencang yang melanda daerah tersebut sejak Minggu (12/1). Akibatnya, air dari dasar danau naik ke permukaan, menyebabkan kadar oksigen di dasar danau menurun drastis.
“Ikan mengalami kekurangan oksigen hingga akhirnya mati. Kondisi ini biasa terjadi saat pembalikan air di danau vulkanik seperti Danau Maninjau,” jelas Rosva di Lubuk Basung.
Ikan jenis nila yang mati tersebar di tiga jorong, yakni Lubuak Anyia, Banda Tangah, dan Lubuak Kandang. Sedikitnya 12 petani terdampak dengan total kerugian diperkirakan mencapai Rp625 juta. Harga ikan nila di tingkat petani diketahui sekitar Rp25 ribu per kilogram.
"Bangkai ikan terlihat mengapung di permukaan dan pendataan masih terus kami lakukan," tambahnya.
Rosva mengingatkan para petani agar tidak membuang bangkai ikan ke dalam danau, demi mencegah pencemaran lebih lanjut. "Kami mengajak seluruh petani untuk menjaga lingkungan demi keberlanjutan ekosistem Danau Maninjau," tegasnya.
Sebagai langkah antisipasi, Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Agam sebelumnya telah mengeluarkan surat edaran pada 21 November 2024. Surat bernomor 500.5.3.3/435/DKPP/2024 tersebut mengimbau masyarakat untuk mewaspadai dampak cuaca ekstrem dan kematian ikan.
“Surat edaran telah kami kirimkan ke wali nagari dan camat setempat. Namun, peristiwa ini tetap tidak terhindarkan karena perubahan cuaca yang tiba-tiba,” ujar Rosva.
Kematian ikan ini bukan pertama kali terjadi di Danau Maninjau. Kejadian serupa kerap menjadi tantangan bagi petani ikan keramba di wilayah ini. (*)