Industri Perbankan Didorong Jaga Stabilitas dan Pertumbuhan Sehat di Tahun 2025 -->

Iklan Cawako Sawahlunto

Industri Perbankan Didorong Jaga Stabilitas dan Pertumbuhan Sehat di Tahun 2025

Kamis, 02 Januari 2025
Perbankan RI di 2025


Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengimbau industri perbankan untuk terus memperkuat manajemen risiko dalam menghadapi tantangan tahun 2025. Salah satu langkah yang disarankan adalah penguatan permodalan serta menjaga cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) yang cukup untuk mengantisipasi risiko yang mungkin terjadi.


1. Dorongan untuk Perbankan


Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menyampaikan bahwa OJK terus mendorong sektor perbankan untuk mempersiapkan tahun 2025 dengan optimisme. Dian juga menekankan pentingnya bagi bank-bank untuk menjaga prinsip kehati-hatian, profesionalisme, inovasi, dan integritas guna mencapai pertumbuhan yang sehat dan berkelanjutan.


2. Stabilitas Perbankan di 2024


Melihat ke belakang pada tahun 2024, OJK mengapresiasi perbankan yang berhasil menjaga stabilitas sistem keuangan. Perbankan mendukung perekonomian dan meningkatkan kepercayaan dari berbagai pihak sebagai pilar utama dalam pemulihan ekonomi nasional. Hingga Oktober 2024, OJK mencatat pertumbuhan kredit bank umum mencapai 10,92 persen yoy, sementara penyaluran kredit untuk UMKM juga tetap tumbuh 4,76 persen yoy.


3. Dana Pihak Ketiga (DPK)


Dana pihak ketiga (DPK) tercatat tumbuh 6,74 persen yoy, yang menjadi faktor penting dalam menjaga likuiditas perbankan. Kondisi likuiditas di bank umum dipantau cukup baik, dengan rasio AL/NCD dan AL/DPK masing-masing sebesar 113,64 persen dan 25,58 persen. Begitu juga dengan tingkat permodalan yang solid, tercermin dari rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 27,02 persen.


4. Kinerja Perbankan Syariah


Tidak hanya bank umum, perbankan syariah juga menunjukkan hasil yang positif. Aset perbankan syariah tumbuh 12,50 persen yoy, sementara penyaluran pembiayaan meningkat 13,24 persen yoy. DPK perbankan syariah juga tercatat tumbuh 10,43 persen yoy. Kondisi permodalan perbankan syariah tetap kuat dengan CAR sebesar 25,59 persen. OJK memperkirakan perbankan syariah akan mengalami perkembangan positif melalui spin-off Unit Usaha Syariah (UUS) dan konsolidasi sektor perbankan syariah.


5. Kinerja BPD


Kredit BPD tumbuh 7,55 persen yoy, sementara DPK tumbuh 4,35 persen yoy. Hal ini didukung oleh permodalan yang tinggi, dengan rasio CAR mencapai 24,86 persen. Adapun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) mencatatkan kinerja yang stabil meski pertumbuhan kredit dan DPK sedikit melambat.


6. Potensi Risiko yang Perlu Diwaspadai


OJK juga mengingatkan industri perbankan untuk tetap waspada terhadap risiko pasar dan likuiditas, mengingat potensi ketidakpastian global seperti fluktuasi suku bunga, situasi ekonomi di Tiongkok, serta kebijakan tarif perdagangan yang dapat menambah tekanan pada ekonomi domestik. Meski demikian, OJK memproyeksikan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 akan tetap tumbuh solid, didorong oleh kepercayaan konsumen, terkendalinya inflasi, surplus neraca perdagangan, kebijakan pemerintah yang mendukung, serta pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN).


OJK juga optimistis perbankan akan tetap menjaga kinerja dengan meningkatnya DPK dan penyaluran kredit yang terus ekspansif, terutama untuk sektor-sektor yang memiliki efek ganda dan menyerap banyak tenaga kerja, seperti sektor perdagangan besar dan industri pengolahan.(BY)