ilustrasi |
Jakarta - Harga cabai rawit merah kini melambung tinggi hingga mencapai Rp 130.000 per kilogram (kg), menyamai harga daging sapi. Kenaikan harga ini dipicu oleh gagal panen di berbagai sentra produksi.
Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI), Abdul Hamid, menjelaskan bahwa gagal panen ini disebabkan oleh banjir dan kondisi cuaca yang ekstrem. Akibatnya, pasokan cabai semakin menipis, sehingga harga melonjak tajam.
Menurut Abdul Hamid, harga cabai rawit merah di tingkat petani sudah menyentuh Rp 95.000 per kilogram. Padahal, Harga Acuan Pembelian (HAP) untuk komoditas ini di tingkat petani seharusnya berada di kisaran Rp 25.000 hingga Rp 31.500 per kilogram.
Kenaikan harga di tingkat petani ini berdampak pada harga di pasar yang menjadi semakin mahal. Berdasarkan data dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), rata-rata harga cabai rawit merah secara nasional telah mencapai Rp 86.300 per kilogram. Namun, di beberapa pasar, harga cabai bahkan melampaui Rp 130.000 per kilogram.
Sebagai contoh, harga cabai rawit merah pada Selasa (7/1) di Pasar Jatinegara mencapai Rp 130.000 per kilogram, di Pasar Kramatjati Rp 133.150 per kilogram, dan di Pasar Minggu Rp 105.000 per kilogram.
Dengan harga tersebut, cabai rawit merah kini hampir setara dengan harga daging sapi. Untuk daging sapi kualitas I, harganya tercatat Rp 137.000 per kilogram, sedangkan kualitas II mencapai Rp 131.650 per kilogram.
Bapanas Soroti Kenaikan Harga Cabai
Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), I Gusti Ketut Astawa, menjelaskan bahwa curah hujan tinggi dan banjir membuat cabai mudah membusuk. Selain itu, angin kencang turut merusak tanaman cabai di sejumlah daerah.
Daerah yang terdampak banjir antara lain Sulawesi Selatan, seperti Kabupaten Wajo dan Kabupaten Sidenreng Rappang. Selain itu, banjir juga terjadi di wilayah Jawa Tengah, seperti Temanggung, serta di Jawa Barat, tepatnya di Sukabumi.
Ketut belum dapat memastikan apakah harga cabai rawit merah akan tetap tinggi menjelang Ramadan. Targetnya adalah menekan harga mendekati Harga Acuan Pembelian (HAP). Namun, ia menyatakan bahwa cuaca ekstrem yang terus berlangsung menjadi tantangan besar.
"Seharusnya, pada Februari nanti produksi cabai mulai meningkat. Tetapi, jika hujan lebat dan banjir terus terjadi, hal ini di luar kendali kami. Namun, jika cuaca mulai membaik dan bencana berkurang, penurunan harga kemungkinan akan mulai terasa secara bertahap pada Februari," jelas Ketut. (des*)