. |
Mekkah, fajarsumbar.com - Bupati Solok Jon Firman Pandu (JFP) bertemu dengan mahasiswa asal Kabupaten Solok yang sedang menuntut ilmu di Madinah, Sabtu (18/1).
Pertemuan ini berlangsung dalam suasana hangat dan penuh makna, menjadi momen penting untuk mempererat hubungan antara pemerintah daerah dan generasi muda.
Dalam pertemuan tersebut, JFP menyampaikan kekhawatirannya atas pergeseran nilai moral masyarakat yang kian dipengaruhi oleh media sosial dan teknologi.
Fenomena seperti LGBT menjadi perhatian serius karena dianggap mengancam identitas budaya berbasis adat dan agama.
“Generasi kita tengah menghadapi tantangan besar. Media sosial dan teknologi telah membuka pintu bagi perilaku menyimpang. Kita harus menjaga nilai adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah,” ujar JFP.
Ia menegaskan, solusi utama dari pergeseran moral ini adalah pendidikan agama yang kokoh. Menurutnya, ilmu agama memberikan panduan untuk menjaga akhlak dan membangun peradaban yang bermartabat.
JFP juga memaparkan pentingnya peran mahasiswa yang sedang menimba ilmu di Madinah. “Kalian adalah penerus bangsa. Pendidikan agama yang kalian tempuh adalah kunci untuk membawa perubahan positif bagi masa depan Kabupaten Solok,” katanya.
Dalam upaya mendukung generasi muda, JFP mengumumkan program hadiah haji bagi mahasiswa asal Kabupaten Solok yang tengah belajar di Madinah. Program ini merupakan bentuk penghargaan pemerintah daerah atas perjuangan mereka mendalami ilmu agama.
“Kami berkomitmen untuk menghajikan mahasiswa Solok di Madinah. Ini bukan hanya penghargaan, tetapi juga motivasi untuk terus menjaga nilai agama dan adat,” jelasnya.
Program ini mendapat apresiasi besar dari mahasiswa. Salah satu penerima manfaat, Khatami Lubis, menyampaikan rasa syukur dan terima kasih. “Hadiah haji ini sangat berarti, baik secara finansial maupun sebagai bentuk perhatian pemerintah kepada kami,” ujarnya.
Selain program hadiah haji, JFP juga memaparkan keberhasilan program makan siang gratis di beberapa daerah. Program ini bertujuan meningkatkan kebutuhan gizi anak-anak dan kualitas pembelajaran mereka.
JFP menutup pertemuan dengan seruan agar mahasiswa menjadi ujung tombak perubahan. Ia mengingatkan pentingnya menjaga kearifan lokal dan identitas budaya Minangkabau, meskipun berada di lingkungan yang berbeda.
“Dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Prinsip ini harus kalian pegang teguh, bahkan saat berada di tanah orang,” pesannya.
Ia juga mengimbau mahasiswa untuk menjalin hubungan baik dengan masyarakat setempat, menghormati adat budaya mereka, dan tetap berprestasi dalam menuntut ilmu.
Dengan dukungan penuh dari pemerintah daerah, para mahasiswa berkomitmen menjadi agen perubahan yang memperkuat identitas lokal berbasis agama dan adat istiadat. Pertemuan ini pun mempererat silaturahmi dan memotivasi mereka menghadapi tantangan global.(*)