Thailand, Singapura, dan Filipina, Contoh Strategi yang Perlu Ditiru Timnas Indonesia -->

Iklan Cawako Sawahlunto

Thailand, Singapura, dan Filipina, Contoh Strategi yang Perlu Ditiru Timnas Indonesia

Rabu, 25 Desember 2024
Timnas Indonesia diminta belajar dari Thailand, Singapura dan Filipina usai rontok di Piala AFF 2024.


Fajarsumbar.com - Pengamat sepakbola nasional, Akmal Marhali, menyampaikan kritik terhadap PSSI usai Timnas Indonesia gagal melaju dari fase grup Piala AFF 2024. Ia menyesalkan langkah PSSI yang dinilai kurang serius dengan menurunkan pemain muda rata-rata berusia 20 tahun.


Akmal mengajak PSSI belajar dari langkah negara-negara lain seperti Thailand, Singapura, dan Filipina yang menunjukkan pendekatan lebih strategis dalam menghadapi turnamen ini.


1. Thailand Tetap Fokus Mengejar Gelar Juara

Akmal menyoroti bagaimana Thailand terus menunjukkan ambisi besar untuk meraih gelar juara, meski sudah tujuh kali memenangkan Piala AFF.


“Mereka tidak membawa Teerasil Dangda, pencetak gol terbanyak sepanjang masa Piala AFF, atau Chanathip Songkrasin, pemain terbaik tiga kali di Piala AFF. Namun, mereka membawa skuad yang tetap memiliki mental juara,” ujar Akmal dalam program Catatan Demokrasi di tvOne.


Skuad Gajah Perang—julukan Timnas Thailand—membuktikan kualitas mereka dengan menyapu bersih kemenangan di empat laga Grup A Piala AFF 2024. Hal ini, menurut Akmal, mencerminkan kesiapan dan konsistensi Thailand untuk mempertahankan status mereka sebagai tim kuat di Asia Tenggara.


2. Singapura Pernah Lolos ke Piala Asia

Akmal juga menyoroti kesuksesan Timnas Singapura di kancah internasional. Meski banyak yang meremehkan, ia mengingatkan bahwa Singapura pernah lolos ke Piala Asia pada 1984, jauh sebelum Indonesia debut di ajang tersebut pada 1996.


“Padahal, mereka pernah lolos ke Piala Asia. Distorsi semacam ini perlu diluruskan agar kita tidak meremehkan Piala AFF,” tegas Akmal, yang pernah menjadi anggota Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) tragedi Kanjuruhan.


3. Filipina Berhasil Maksimalkan Pemain Abroad

Federasi Sepakbola Filipina (PFF) juga menjadi sorotan Akmal, terutama dalam hal pemanggilan pemain yang merumput di luar negeri. Salah satu contohnya adalah Michael Kempter, yang bermain di Liga Swiss bersama Grasshopper.


“Indonesia bisa belajar dari Filipina. Dari 26 pemain yang dipanggil ke Piala AFF, 19 di antaranya bermain di luar negeri. Mereka tidak memandang Piala AFF sebagai turnamen yang kurang penting. Sebaliknya, mereka memanfaatkan ajang ini sebagai wadah persaingan serius,” ujar Akmal.


Ia menekankan pentingnya mengubah pandangan bahwa Piala AFF hanya turnamen kecil. Menurutnya, pendekatan semacam ini justru menghambat perkembangan sepakbola Indonesia.


Harapan ke Depan

Akmal berharap kegagalan Timnas Indonesia di Piala AFF 2024 menjadi pelajaran penting untuk memperbaiki strategi ke depan. Ia juga mengingatkan pentingnya langkah-langkah konkret agar Timnas Indonesia dapat bersaing di kancah internasional, termasuk kemungkinan lolos ke Piala Dunia 2026.(BY)