Penguatan Ekosistem Kebudayaan di Kawasan Warisan Dunia, Desa Salak Gelar Bazar Tempo Doeloe -->

Iklan Cawako Sawahlunto

Penguatan Ekosistem Kebudayaan di Kawasan Warisan Dunia, Desa Salak Gelar Bazar Tempo Doeloe

Jumat, 13 Desember 2024
Kader muda Partai Gerindra Riyanda Putra menyambangi acara Kementerian Kebudayaan di Desa Salak. (Foto Aldevori Merianda Putra) 


Sawahlunto, fajarsumbar.com - Menjadi momen bersejarah bagi Desa Salak, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat dengan diselenggarakannya program penguatan ekosistem kebudayaan di desa-desa kawasan warisan dunia melalui acara Pasar Kuliner Jadoel, Pagelaran Kesenian Kuda Kepang, Pagelaran Kesenian Randai dan Pagelaran Reog di Sentral PLTU Salak, Kamis (12/12/2024).


Dilansir dari Rakyat Merdeka, kegiatan ini bertujuan untuk melestarikan budaya lokal sekaligus mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya menjaga harmoni antara manusia, alam, dan spiritualitas.


Kegiatan ini diselenggarakan Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia melalui program kegiatan Penguatan Ekosistem Kebudayaan di Desa-desa Kawasan Warisan Dunia. Acara ini juga sebagai bentuk rencana aksi tindak lanjut penetapan situs-situs Warisan Budaya Dunia.


Di Kota Sawahlunto, acara ini diselenggarakan pada enam desa, yakni; Desa Salak, Sikalang, Rantih, Muaro Kalaban, Silungkang Tigo dan Silungkang Oso. 


Kepala Desa Salak Jeri Rizal didampingi istri Gusliana Witharialni menunjukkan kerajinan tangan masyarakat desa, Rumah Gadang Minangkabau yang terbuat dari bambu. (Foto Anton) 


Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Irini Dewi Wanti menjelaskan, bahwa kegiatan ini membuka kemungkinan optimalisasi potensi wilayah secara riil, kontekstual, dan visioner, dengan tetap berdasar pada logika reaktualisasi kesadaran masyarakat mengenai nilai warisan budaya dunia yang ada di sekitar mereka.


"Hal ini diharapkan dapat membuka perspektif dan kesadaran akan sebuah gerakan bersama berbasis nilai warisan budaya dunia yang menyatukan, menguatkan, dan menyejahterakan semua kepentingan sebagai sebuah ekosistem," ujarnya. 


Irini menambahkan, kebudayaan menjadi kontekstual karena dipraktikkan untuk memaknai fenomena dan peristiwa.


Menurutnya para pemangku kepentingan juga berbagi tanggung jawab dalam memastikan eksistensi warisan dunia di Indonesia melalui kebijakan dan regulasi yang dijalankan.


Masyarakat Desa Salak menyajikan makanan tempo dulu dalam acara Bazar Tempo Doeloe di Desa Salak. (Foto Facebook Martina Hutabarat) 


Selain itu, masyarakat juga terlibat dalam pelestarian dengan menginisiasi agenda-agenda komunal yang kreatif dan produktif.


"Ini bukan sekadar konservasi atau preservasi, tetapi langkah substantif, aplikatif, dan berkelanjutan dalam pemahaman, pengkajian pemaknaan, pengelolaan, hingga perlindungan kebudayaan," sambung Irini.


Tokoh muda kader Partai Gerindra, Riyanda Putra sekaligus pemenang kontestasi Pilkada Kota Sawahlunto 2024, peraih suara terbanyak dengan persentase 79.09 persen turut mendukung program-program pemerintah pusat. Hal itu dibuktikan dengan kehadirannya di lokasi acara. 


Kepala Desa Salak, Jeri Rizal berharap program Kementerian Kebudayaan ini nantinya diperkuat dengan program pemerintahan Kota Sawahlunto, seperti satu iven satu desa. Hal itu disampaikan Jeri di lokasi acara kepada media ini dan ia juga mengungkapkan bahwa harapannya juga turut menjadi atensi Riyanda Putra di masa pemerintahannya nanti. (ton)