Bahan baku di pabrik Sritex makin menipis dan hanya cukup untuk tiga minggu ke depan. |
Solo - Saat ini, stok yang ada di pabrik Sritex di Sukoharjo diperkirakan hanya cukup untuk tiga minggu ke depan.
Hal ini diungkapkan oleh anggota Ombudsman RI, Yeka Hendra Fatika, setelah melakukan kunjungan ke pabrik Sritex di Sukoharjo pada hari Selasa (12/11).
Sejak diputus pailit oleh Pengadilan Niaga Semarang pada 21 Oktober lalu, pengelolaan aset Sritex diambil alih oleh empat kurator dan hakim pengawas. Akibatnya, Sritex tidak dapat melakukan transaksi jual beli.
"Kalau demikian, sama saja dengan tidak ada pekerjaan untuk para karyawan," ujar Yeka.
Meskipun begitu, Yeka menyebutkan bahwa Sritex masih beroperasi meskipun tidak sepenuhnya. Karyawan saat ini hanya bisa menghabiskan bahan baku yang tersisa.
"Bahan baku yang tersedia diperkirakan hanya cukup untuk dua hingga tiga minggu lagi. Jika terlambat, pekerjaan tidak bisa dilanjutkan," tambahnya.
Yeka menegaskan bahwa Ombudsman RI akan memberikan rekomendasi kepada pemerintah agar masalah yang dihadapi Sritex dapat segera diselesaikan.
"Kami akan menyarankan pemerintah dan para pemangku kepentingan untuk melihat masalah ini secara lebih menyeluruh," ujarnya.
Yeka menekankan bahwa Ombudsman tidak bisa ikut campur dalam proses hukum yang tengah berjalan.
"Apakah Ombudsman bisa menyampaikan hasil kajian kepada MA? Tentu bisa, tetapi itu bukan untuk mempengaruhi, melainkan untuk memberikan informasi," jelasnya.
Direktur Utama PT Sritex, Iwan Setiawan Lukminto, yang akrab disapa Wawan, mengonfirmasi pernyataan Yeka tersebut. Ia menyatakan bahwa dalam tiga pekan terakhir, perusahaan tidak bisa menambah persediaan bahan baku karena asetnya dibekukan.
"Memang benar, sisa bahan baku hanya cukup untuk bertahan tiga minggu. Karena fasilitas dibekukan, tidak ada barang yang bisa keluar masuk," ungkap Wawan.
Akibat kondisi ini, Sritex terpaksa merumahkan sebagian karyawannya. Wawan menyebutkan bahwa perusahaan telah merumahkan ribuan karyawan karena kehabisan bahan baku.
"Sejak minggu lalu, sekitar 2.500 karyawan sudah kami rumahkan," kata Wawan. (des*)