Mumi anak kucing bertaring pedang |
Jakarta - Untuk pertama kalinya, para ilmuwan berhasil menemukan tubuh anak kucing bertaring pedang yang diawetkan dan beku dalam permafrost Arktik di Siberia. Meskipun sudah berusia lebih dari 35.000 tahun, mumi ini terjaga dalam kondisi luar biasa berkat suhu di bawah nol yang mengawetkan spesimen tersebut. Bulu, kepala, tubuh, dan anggota tubuhnya masih utuh.
"Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah paleontologi mamalia yang telah punah, yang tidak memiliki analog dalam fauna modern, dipelajari dengan baik," ujar para peneliti dari Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia dalam studi mereka, dilansir IFL Science, Minggu (17/11/2024).
Individu ini adalah seekor anak kucing yang meninggal hanya tiga minggu setelah kelahirannya. Sayangnya, usia yang sangat muda berarti ia belum memiliki gigi taring atas panjang yang menjadi ciri khas genus ini.
Ilmuwan telah lama penasaran dengan penampilan kucing bertaring pedang. Temuan ini memberikan wawasan yang sangat berharga untuk memahami hewan yang telah punah ini.
Penulis penelitian mencatat, anak kucing bertaring pedang ini memiliki "perbedaan yang signifikan" jika dibandingkan dengan anak singa modern berusia sama.
Dibandingkan dengan singa, kucing bertaring pedang muda ini memiliki bentuk moncong yang "tidak biasa", mulut besar, telinga kecil, tungkai depan yang panjang, leher tebal, dan warna bulu gelap. Semua ciri ini merupakan adaptasi khas untuk hidup di iklim dingin.
Homotherium, genus kucing bertaring pedang yang punah, berkembang pesat selama Zaman Es dan tersebar di Eurasia, Afrika, serta Amerika, dengan spesies yang beradaptasi sesuai dengan wilayah masing-masing.
Individu yang ditemukan di Rusia ini termasuk dalam spesies H latidens, yang hidup di Eurasia hingga sekitar 10.000 tahun lalu, saat Zaman Es terakhir berakhir. Berbeda dengan spesies sejenisnya yang hidup di Amerika Utara, H serum, dan di Afrika, H problematicum serta H africanum. Sebagian besar sisa-sisa Homotherium ditemukan di Amerika Utara, menjadikan penemuan terbaru ini kesempatan berharga untuk mengungkap cabang genus ini di Eurasia.
"Penemuan mumi H latidens di Yakutia secara radikal memperluas pemahaman tentang distribusi genus ini dan mengonfirmasi keberadaannya pada Pleistosen Akhir di Asia," tulis penulis studi tersebut.
Beberapa spesies hewan lain, seperti badak berbulu, mamut, serigala, singa gua, dan burung, juga telah ditemukan dari lapisan es abadi Siberia dalam beberapa tahun terakhir. Mengingat bahwa Neanderthal dan Denisova juga hidup di Eurasia pada periode ini, muncul pertanyaan apakah suatu saat nanti mungkin ditemukan spesies manusia yang punah yang terawetkan di lapisan tanah beku.(BY)