Sinar energi Death Star dalam film Star Wars. |
BEIJING - Ilmuwan di China mengklaim telah menciptakan senjata energi baru yang menggunakan teknologi gelombang mikro berdaya tinggi. Senjata ini dikatakan mampu menggabungkan sinar gelombang mikro dari beberapa pemancar menjadi satu sinar terfokus yang diarahkan pada target tertentu. Teknologi ini disebut sebagai terobosan revolusioner yang berpotensi mengubah paradigma senjata energi terarah.
Penemuan ini kerap dibandingkan dengan senjata "Death Star" yang populer dari seri film Star Wars, di mana beberapa laser digabungkan untuk menghasilkan daya destruktif yang besar. Namun, beberapa ahli masih meragukan penerapannya di dunia nyata di luar lingkungan laboratorium.
Teknologi dan Desain Senjata Gelombang Mikro
Senjata ini dirancang dengan menggunakan beberapa kendaraan pemancar yang masing-masing menghasilkan gelombang mikro frekuensi tinggi. Menurut laporan dari South China Morning Post, kendaraan-kendaraan tersebut diposisikan dengan sangat presisi hingga tingkat milimeter untuk memastikan sinar yang dihasilkan dapat bertemu pada satu titik serangan.
Untuk mencapai tingkat akurasi tersebut, perangkat ini menggunakan teknologi pengukuran jarak berbasis laser canggih dan sistem navigasi satelit BeiDou yang mampu memberikan akurasi hingga hitungan sentimeter. Salah satu anggota tim peneliti menjelaskan bahwa hasil konvergensi sinar ini memberikan efek energi yang melebihi kombinasi individualnya, digambarkan dengan istilah "1+1>2."
Meskipun pernyataan ini tampak bertentangan dengan hukum fisika tradisional, penggabungan energi yang kuat seperti itu dipercaya mampu menghasilkan dampak jauh lebih besar dibandingkan dengan pemancar tunggal.
Tantangan Operasional dalam Kondisi Nyata
Mencapai presisi penggabungan sinar ini tidaklah mudah. Para ilmuwan menggunakan sistem sinkronisasi yang bekerja dalam margin waktu sangat kecil, yakni 170 pikodetik, setara dengan kecepatan pemrosesan komputer modern. Sinkronisasi antar pemancar dilakukan melalui sambungan serat optik, yang semuanya dikendalikan oleh unit komando pusat yang bergerak.
Meskipun senjata ini telah menunjukkan hasil dalam uji laboratorium, penerapannya di dunia nyata menghadapi sejumlah kendala. Faktor lingkungan seperti debu dan kelembapan dapat mengganggu kestabilan gelombang mikro, sementara keterbatasan teknologi baterai saat ini menjadi hambatan untuk mendukung daya tinggi dalam operasi jarak jauh.
Para ahli juga menyatakan bahwa tantangan dalam teknologi, logistik, dan fisika mungkin membatasi potensi senjata ini untuk digunakan di lapangan. Meski demikian, penelitian ini menunjukkan langkah besar dalam pengembangan senjata energi terarah.(BY)