Komentar |
| Menteri BUMN Erick Thohir soal Indonesia Jadi Negara Maju |
Jakarta – Menteri BUMN, Erick Thohir, menjelaskan strategi yang diusung oleh Presiden Prabowo Subianto untuk membawa Indonesia menjadi negara maju. Strategi tersebut dituangkan dalam visi yang dimiliki oleh Kepala Negara.
Dalam visinya, Prabowo Subianto berfokus untuk melanjutkan program hilirisasi dan industrialisasi yang telah dimulai oleh Presiden ke-7, Joko Widodo (Jokowi). Program ini diyakini akan semakin mempercepat pertumbuhan ekonomi makro nasional.
"Visi Bapak Presiden Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto dengan melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi di dalam negeri akan memperbesar pertumbuhan ekonomi nasional," ujar Erick melalui akun Instagramnya, Minggu (10/11/2024).
Hilirisasi dipahami sebagai proses pengolahan bahan baku menjadi barang yang siap pakai. Tujuan dari hilirisasi adalah untuk meningkatkan nilai jual produk yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi terhadap pendapatan negara.
Lebih lanjut, Erick menyampaikan bahwa Prabowo juga berkomitmen untuk menjadikan Indonesia negara yang mandiri dengan mendorong swasembada pangan, energi, air, serta mengembangkan sektor ekonomi kreatif, ekonomi hijau, dan ekonomi biru.
Indonesia juga berkomitmen untuk mencapai swasembada pangan dan energi, yang menjadi langkah strategis dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks. Ketergantungan Indonesia terhadap energi dari negara lain, misalnya, dapat menjadi ancaman di tengah ketegangan geopolitik global.
Indonesia diperkirakan akan menjadi negara dengan ekonomi terbesar keempat di dunia pada 2050. Pada saat itu, Indonesia diprediksi akan menjadi negara maju dan bersaing dengan negara-negara besar seperti Amerika Serikat (AS), China, India, dan Brazil.
Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi negara maju dan makmur, yang ditandai dengan jumlah penduduk mencapai 278 juta jiwa.
"Saat ini, mayoritas penduduk Indonesia berusia produktif (15-64 tahun), ditambah dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil di kisaran 5,0-5,5 persen per tahun selama dua dekade terakhir," ungkap Erick.(BY)