Boeing Ajukan Pinjaman Baru Rp155 Triliun untuk Perbaikan Keuangan -->

Iklan Cawako Sawahlunto

Boeing Ajukan Pinjaman Baru Rp155 Triliun untuk Perbaikan Keuangan

Kamis, 17 Oktober 2024

ilustrasi



Jakarta - Boeing sedang berupaya mendapatkan pinjaman baru sebesar US$10 miliar atau sekitar Rp155 triliun (dengan asumsi kurs Rp15.533 per dolar AS) guna memperbaiki kondisi keuangan dan membayar sejumlah kewajiban cicilan.


Kondisi finansial Boeing kian memburuk, dengan rencana mengumpulkan dana hingga US$25 miliar atau sekitar Rp388 triliun. Salah satu upayanya adalah melalui pinjaman baru senilai Rp155 triliun.


Sisanya diharapkan diperoleh dari penjualan saham perusahaan. Rencana untuk mencari pinjaman baru ini diumumkan oleh Boeing pada Selasa (15/10), di mana mereka berencana menggandeng beberapa bank besar.


Dana segar ini dibutuhkan perusahaan penerbangan asal Amerika Serikat tersebut untuk memperkuat kas. Di sisi lain, menurut laporan CNN, cicilan utang jangka panjang Boeing terus meningkat.


"Naik menjadi US$53 miliar (sekitar Rp823 triliun) pada akhir Juni 2024, dari sebelumnya US$10,7 miliar (sekitar Rp166 triliun) pada akhir Maret 2019," demikian laporan tersebut, yang dirilis pada Rabu (16/10).


Salah satu penyebab utama peningkatan utang Boeing adalah kecelakaan tragis dari pesawat 737 Max, yang mengakibatkan larangan terbang selama 20 bulan.


Boeing telah mengakui tanggung jawab atas dua kecelakaan fatal 737 Max, yakni insiden Lion Air di Indonesia pada 2018 dan Ethiopian Airlines di Ethiopia pada 2019. Kedua kecelakaan ini merenggut nyawa 346 orang.


Selain itu, Boeing juga menghadapi tantangan lain, seperti aksi mogok karyawan yang menghambat operasi perusahaan dan menambah persoalan operasional serta keselamatan.


Upaya Boeing untuk mencari pinjaman baru juga menghadapi risiko karena peringkat kredit mereka yang semakin memburuk, yang berpotensi menaikkan biaya pinjaman.


Namun, Boeing masih memiliki keuntungan dari pangsa pasar yang mereka kuasai. Mereka hanya bersaing dengan Airbus, produsen pesawat asal Eropa, dalam pasar yang didominasi dua perusahaan ini.


Kedua perusahaan tersebut memiliki jumlah pesanan yang besar untuk beberapa tahun ke depan. Namun, Airbus dianggap tidak memiliki kapasitas produksi yang setara dengan Boeing.


Keunggulan ini diharapkan membantu Boeing dalam mencari suntikan dana tambahan. Perusahaan ini diyakini masih bisa menjual saham dan obligasi di Wall Street. (des*)