ilustrasi |
Jakarta - BAKTI Kominfo melaporkan bahwa sekitar 82,6 persen penduduk di daerah tertinggal kini sudah terhubung dengan internet.
Data ini diperoleh dari Survei Penetrasi Pengguna Internet di Daerah Tertinggal Tahun 2024 yang dilaksanakan oleh BAKTI Kominfo bekerja sama dengan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII).
Dalam survei tersebut, ditemukan bahwa 82,6 persen dari total 9.823.575 jiwa, atau sekitar 8.114.273 orang, sudah memiliki akses internet, termasuk di Kabupaten Nunukan dan Kepulauan Talaud.
"Survei ini tidak hanya sekadar angka, tetapi juga mencerminkan tantangan dalam pemerataan akses internet di seluruh Indonesia, khususnya di daerah 3T," ungkap Sekretaris APJII Pusat Zulfadly Syam pada Selasa (17/9).
Survei ini melibatkan 1.950 sampel yang diambil dari 17 provinsi dan 64 kabupaten selama periode Juli hingga September 2024.
Data tersebut juga menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat di daerah tertinggal pertama kali menggunakan internet pada usia antara 13 hingga 34 tahun, dengan aplikasi media sosial dan pesan instan sebagai platform utama.
Sebanyak 99,2 persen masyarakat di daerah tertinggal memanfaatkan internet untuk berkomunikasi. Dari angka tersebut, 74,8 persen menggunakan aplikasi pesan instan seperti WhatsApp, Telegram, dan Line, sementara 25,2 persen lebih memilih aplikasi media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan TikTok.
Selain untuk berkomunikasi, masyarakat di daerah tersebut juga menggunakan internet untuk berbagai keperluan lain, seperti mengakses layanan publik, melakukan transaksi online, belajar atau bekerja secara daring, mencari informasi, serta mengakses konten hiburan.
Masyarakat juga memanfaatkan internet untuk layanan keuangan, transportasi online, dan surat elektronik.
Internet untuk Pendidikan dan Kesehatan
Di sektor pendidikan, siswa dan guru menggunakan internet untuk berbagai keperluan. Siswa memanfaatkan internet untuk mengakses sumber belajar tambahan seperti video dan e-book, serta mencari informasi dan melakukan riset untuk tugas dan proyek.
Guru juga menggunakan internet untuk mengadakan kelas virtual melalui aplikasi video conference, mengakses materi digital, dan menjalani pembelajaran online.
Di bidang kesehatan, sebanyak 70,8 persen wilayah telah memanfaatkan akses internet. Penggunaan internet di sektor ini mencakup komunikasi antara petugas kesehatan dan rumah sakit melalui email atau aplikasi pesan instan, penyebaran informasi kesehatan lewat media sosial dan website desa, serta akses terhadap informasi medis terbaru.
Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute, Heru Sutadi, menekankan pentingnya koneksi internet di daerah 3T yang selama ini terhambat oleh berbagai masalah, termasuk keamanan.
"BAKTI memiliki proyek BTS 4G, dan proyek ini belum sepenuhnya selesai di wilayah yang masih memiliki tantangan keamanan," ujarnya.
Oleh karena itu, Heru menambahkan, prioritas penetrasi internet harus diberikan kepada daerah-daerah tersebut setelah wilayah lainnya mendapatkan koneksi yang dibutuhkan.(des*)