Produsen Eropa ubah target 100 persen jual mobil listrik, ini alasannya. |
STOCKHOLM - Produsen mobil Swedia, Volvo Cars, telah membatalkan targetnya untuk sepenuhnya beralih ke kendaraan listrik pada tahun 2030. Volvo akan tetap menyediakan beberapa model hybrid pada tahun 2030 mendatang.
Menurut laporan Reuters pada Sabtu (7/9/2024), Volvo melihat adanya penurunan permintaan untuk kendaraan listrik akibat kurangnya model yang terjangkau dan lambatnya penyebaran stasiun pengisian daya. Selain itu, keputusan Eropa untuk meningkatkan tarif impor mobil listrik dari China juga berdampak pada permintaan.
Volvo Cars menyatakan bahwa pada tahun 2030, mereka menargetkan agar antara 90% hingga 100% dari mobil yang dijual merupakan kendaraan listrik penuh atau plug-in hybrid. Sementara itu, hingga 10% sisanya akan berupa hybrid, di mana tenaga listrik hanya melengkapi mesin pembakaran.
Dalam pernyataan terpisah, Volvo Cars menambahkan bahwa mobil plug-in hybrid akan memainkan peran penting dalam pertumbuhan laba perusahaan di masa depan. Volvo juga akan melakukan pembaruan pada model hybrid XC90.
Volvo Cars akan terus menjual berbagai jenis mobil listrik dan hybrid. Perusahaan ini tetap berkomitmen pada rencana awal untuk menjual hanya mobil listrik sepenuhnya pada tahun 2030, meskipun pesaingnya mulai mengurangi ambisi mereka.
Beberapa model listrik penuh unggulan Volvo adalah EX90 dan EX30, keduanya merupakan SUV. Kenaikan permintaan terhadap mobil hybrid telah mendorong pergeseran strategi di seluruh sektor otomotif, yang awalnya bertujuan untuk menghentikan produksi mobil hybrid demi kendaraan listrik sepenuhnya.
"Ini adalah pendekatan yang realistis untuk membantu pelanggan kami menuju elektrifikasi penuh. Bagi banyak pelanggan di berbagai pasar, transisi ini akan dilakukan secara bertahap," kata Erik Severinsson, Kepala Strategi dan Chief Product Officer, kepada Reuters.
Pada tahun 2025, Volvo Cars kini mengharapkan mobil listrik, baik EV maupun hybrid, akan menyumbang 50% hingga 60% dari volume penjualannya. Target sebelumnya adalah setidaknya 50% mobil listrik pada tahun 2025, dengan sisanya adalah hybrid.
"Kami percaya bahwa masa depan kami adalah listrik," kata CEO Jim Rowan.
"Namun, jelas bahwa transisi menuju elektrifikasi tidak akan berjalan mulus, dan pelanggan serta pasar berkembang dengan kecepatan yang berbeda," tambahnya.
Perusahaan yang dikenal sebagai pelopor dalam hal kendaraan listrik juga meminta kepada para pembuat kebijakan untuk menetapkan kebijakan pemerintah yang "lebih kuat dan stabil" untuk mendukung elektrifikasi.
Perubahan menuju hybrid terjadi meskipun beberapa negara telah berupaya keras selama bertahun-tahun untuk mendorong produsen mobil menghentikan penggunaan mesin pembakaran internal yang menghasilkan CO2 secepat mungkin.(BY)