ilustrasi |
Jakarta - Melakukan vaksinasi lengkap merupakan langkah penting dalam pencegahan demam berdarah dengue (DBD) dan dapat mengurangi risiko keparahan penyakit serta kebutuhan akan perawatan di rumah sakit. Dokter spesialis anak, Nunki Andria Samudra, Sp.A, menjelaskan bahwa hingga saat ini belum ada pengobatan khusus yang dapat menyembuhkan DBD.
Pengobatan yang diberikan kepada pasien DBD hanya untuk mengatasi gejala, seperti pemberian cairan infus dan obat pereda nyeri. "Karena itu, diperlukan upaya pencegahan yang menyeluruh agar kita terhindar dari risiko DBD yang parah dan kematian," ungkap dr. Nunki pada Minggu (28/7/2024).
Vaksin DBD yang tersedia di Indonesia saat ini ditujukan untuk kelompok usia 6 hingga 45 tahun, dan dapat diberikan tanpa memperhatikan apakah individu tersebut pernah terpapar DBD sebelumnya. Vaksin ini juga dapat diakses secara mandiri oleh masyarakat.
"Vaksin DBD adalah langkah krusial untuk meningkatkan perlindungan bagi anak-anak dan orang dewasa. Namun, untuk mendapatkan perlindungan optimal, vaksinasi harus dilakukan secara lengkap sesuai dosis yang dianjurkan," tegasnya.
DBD adalah penyakit serius yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Virus ini dapat menyebabkan dua kondisi, yaitu demam dengue dan demam berdarah dengue. Demam dengue biasanya menimbulkan gejala ringan, seperti demam mendadak, sakit kepala, nyeri retro-orbital, nyeri tubuh, mual, muntah, nyeri sendi, lemas, dan ruam.
Sebaliknya, demam berdarah dengue dapat menyebabkan gejala berat, termasuk perdarahan kulit, seperti petekie dan purpura, serta perdarahan gusi, epistaksis, menoragia, dan perdarahan saluran cerna. Seseorang dapat terinfeksi DBD lebih dari sekali, dengan risiko infeksi berikutnya yang lebih parah, bahkan berpotensi fatal. Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa setiap hari, dua orang meninggal akibat DBD. "Oleh karena itu, kita semua perlu lebih waspada, terutama pada pagi dan sore hari ketika nyamuk aktif menggigit," tambahnya.
Menurut dr. Nunki, DBD bukan hanya masalah individu, tetapi juga merupakan masalah komunitas. Risiko DBD lebih tinggi di daerah padat penduduk, seperti permukiman perkotaan. "Orang yang terinfeksi dengue tidak hanya berisiko bagi kesehatan mereka sendiri, tetapi juga dapat menularkan virus tersebut. Ketika nyamuk menggigit seseorang yang memiliki virus dengue dalam darah, nyamuk itu akan terinfeksi dan dapat menularkan virus kepada orang lain. Penting untuk diingat bahwa dengue tidak dapat menyebar langsung dari satu orang ke orang lain; nyamuk diperlukan untuk proses transmisi," jelasnya.
DBD terdiri dari tiga fase: fase demam tinggi pada hari pertama hingga ketiga; fase kritis pada hari keempat dan kelima; dan fase penyembuhan pada hari keenam dan ketujuh. Waspadai fase kritis, karena pasien berisiko mengalami perdarahan dan syok yang mengancam nyawa. Penyakit DBD dapat memberikan dampak besar bagi keluarga.
Ketakutan dan kekhawatiran ketika anak atau orang tua dirawat di rumah sakit menunjukkan pentingnya setiap langkah pencegahan untuk mengatasi masalah DBD. Langkah-langkah seperti gerakan 3M Plus sangat efektif dalam meminimalkan risiko melalui pengendalian vektor nyamuk. "Namun, cara inovatif lain, seperti vaksinasi, juga perlu dipertimbangkan untuk memberikan perlindungan yang lebih baik," jelas dr. Nunki Andria.(des)