OpenAI. |
Jakarta - OpenAI, pengembang asisten virtual ChatGPT, sedang mengerjakan pendekatan baru dalam teknologi kecerdasan buatannya, menurut laporan Reuters.
Sebagai bagian dari proyek tersebut, yang diberi nama kode 'Strawberry', perusahaan yang didukung Microsoft ini berusaha secara signifikan meningkatkan kemampuan penalaran model-modelnya, demikian disebutkan dalam sebuah artikel pekan lalu.
Cara kerja Strawberry adalah "rahasia yang dijaga ketat" bahkan di dalam OpenAI sendiri, kata seseorang yang mengetahui masalah tersebut kepada Reuters.
Sumber tersebut menyatakan bahwa proyek ini melibatkan "cara khusus" dalam memproses model AI setelah model tersebut dilatih sebelumnya dengan kumpulan data yang luas. Tujuannya adalah agar kecerdasan buatan tidak hanya mampu menjawab pertanyaan, tetapi juga membuat rencana untuk melakukan "penelitian mendalam" dengan menavigasi internet secara mandiri dan andal, jelas sumber tersebut.
Reuters mengklaim telah meninjau dokumen internal OpenAI yang merinci bagaimana perusahaan Amerika Serikat (AS) tersebut dapat menggunakan Strawberry untuk melakukan penelitian. Namun, badan tersebut belum bisa memastikan kapan teknologi ini akan tersedia untuk umum. Sumber tersebut menggambarkan proyek ini sebagai "pekerjaan yang sedang berjalan."
Dalam tanggapannya, juru bicara OpenAI mengatakan kepada Reuters: “Kami ingin model AI kami dapat melihat dan memahami dunia seperti yang dilakukan manusia. Penelitian berkelanjutan terhadap kemampuan AI baru adalah praktik umum di industri ini, dengan keyakinan bahwa sistem ini akan semakin baik dalam penalaran seiring berjalannya waktu.” Namun, juru bicara tersebut tidak membahas Strawberry secara langsung dalam tanggapannya.
Model bahasa AI besar saat ini mampu meringkas teks dalam jumlah besar dan menyusun prosa yang koheren lebih cepat daripada manusia, namun biasanya kesulitan dalam memberikan solusi akal sehat yang intuitif bagi manusia. Ketika hal ini terjadi, model sering kali "berhalusinasi" dengan menyajikan informasi palsu atau menyesatkan sebagai fakta.
Para peneliti yang berbicara dengan Reuters mengatakan bahwa penalaran, yang sejauh ini belum bisa diterapkan pada model AI, adalah kunci untuk mencapai kecerdasan buatan setara manusia atau bahkan lebih tinggi.
Pekan lalu, salah satu pakar kecerdasan buatan dan pionir pembelajaran mendalam terkemuka di dunia, Yoshua Bengio, kembali memperingatkan tentang "banyak risiko," termasuk kemungkinan "kepunahan umat manusia," yang ditimbulkan oleh perusahaan swasta yang berlomba-lomba untuk mencapai kecerdasan buatan setara manusia dan seterusnya.
"Entitas yang lebih pintar dari manusia dan memiliki tujuannya sendiri: apakah kita yakin mereka akan bertindak demi kesejahteraan kita?" kata profesor Universitas Montreal dan direktur ilmiah Institut Algoritma Pembelajaran Montreal (MILA) dalam sebuah artikel di situsnya.
Bengio mendesak komunitas ilmiah dan masyarakat luas untuk melakukan "upaya kolektif besar-besaran" guna mencari cara untuk mengendalikan AI yang canggih.(BY)