PON XXI Aceh-Sumut: Ajang Seleksi Atlet untuk SEA Games 2025 -->

Iklan Cawako Sawahlunto

PON XXI Aceh-Sumut: Ajang Seleksi Atlet untuk SEA Games 2025

Selasa, 30 Juli 2024
Foto bersama



Jakarta – Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumatera Utara berperan penting sebagai ajang seleksi dan persiapan bagi atlet-atlet Indonesia dalam menghadapi kompetisi internasional.


Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Surono, menekankan pentingnya PON dalam mempersiapkan atlet menuju berbagai kompetisi multievent internasional, seperti SEA Games, Asian Games, dan Olimpiade.


“PON XXI Aceh-Sumatera Utara akan digunakan sebagai seleksi untuk SEA Games 2025 di Thailand. Setelah itu, akan ada Asian Games dan juga Olimpiade 2028 di Los Angeles,” ujarnya dalam Dialog Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) dengan tema ‘PON XXI Aceh-Sumut 2024: Momentum Persatuan dalam Kemajuan’, Senin (29/7/2024).


Surono menjelaskan, dengan 65 cabang olahraga yang dipertandingkan, PON XXI Aceh-Sumut menjadi ajang seleksi yang sangat komprehensif, meskipun ada beberapa cabang olahraga yang tidak dapat diikutsertakan dalam kompetisi internasional.


Saat ini, Olimpiade di Paris, Prancis, mempertandingkan 33 cabang olahraga, sementara SEA Games mencakup sekitar 40 cabang olahraga.


Dengan target jangka panjang untuk Olimpiade 2028-2030 dan harapan agar pencak silat dapat dipertandingkan di Olimpiade 2036, pembinaan atlet dilakukan secara sistematis.


PON XXI Aceh-Sumut menjadi bagian penting dari strategi ini, membentuk fondasi bagi prestasi internasional Indonesia.


Melalui PON, potensi atlet dari berbagai daerah di Indonesia dapat teridentifikasi dengan jelas. Dari ajang ini, diharapkan muncul bakat-bakat berpotensi yang akan dibimbing untuk mencapai level yang lebih tinggi.


Surono mengakui bahwa untuk meraih prestasi olahraga yang lebih tinggi, diperlukan pembinaan yang terstruktur dan berkelanjutan. Pembinaan harus dilakukan dari usia dini hingga tingkat elit, semuanya harus dilakukan secara sistematis dan terintegrasi.


“Pembinaan atlet adalah investasi jangka panjang. Penelitian dan pengalaman menunjukkan bahwa untuk mencapai prestasi puncak, seorang atlet memerlukan waktu minimal 10 tahun dalam proses pembinaan yang sistematis dan terukur,” jelasnya.


Kemenpora telah merancang desain besar pembinaan atlet nasional dengan fokus pada pengembangan cabang olahraga unggulan di setiap daerah. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memperkuat basis ilmu olahraga (sport science) di Indonesia.


Surono juga menyebutkan bahwa sejumlah cabang olahraga unggulan telah diidentifikasi, yang memiliki potensi besar untuk meraih prestasi. Ia percaya setiap daerah memiliki olahraga unggulan yang dikembangkan berdasarkan spesifikasi lokal.


Contoh yang diberikan Surono adalah atlet-atlet dayung dari Sulawesi Tenggara yang berhasil berprestasi di tingkat nasional, serta atlet-atlet atletik dari kawasan Indonesia Timur.


Dengan program pemusatan latihan nasional (pelatnas) dan dukungan fasilitas yang memadai, diharapkan atlet-atlet di cabang olahraga unggulan dapat bersaing di level tertinggi.


Melalui pendekatan yang lebih sistematis dan berbasis data, diharapkan akan lahir atlet-atlet berprestasi yang mampu mengharumkan nama bangsa di kancah internasional. (des)