Perhatikan Kualitas Air, Air Jernih Tak Selalu Aman -->

Iklan Cawako Sawahlunto

Perhatikan Kualitas Air, Air Jernih Tak Selalu Aman

Senin, 29 Juli 2024

ilustrasi


Jakarta - Banyak masyarakat yang masih kurang memperhatikan kualitas air minum yang mereka konsumsi setiap hari. Banyak yang beranggapan bahwa air yang jernih berarti aman dan higienis untuk diminum. Tak heran jika masih banyak yang memilih air rebus dari sumber air permukaan.


Menyikapi hal ini, Ketua Indonesian Hydration Working Group (IHWG) FKUI, Dr. dr. Diana Sunardi, MGizi, SpGK(K), menyatakan bahwa meskipun air berkualitas biasanya tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak berasa, yang paling penting adalah tidak adanya kontaminan.


Banyak orang tidak menyadari adanya kontaminan dalam air yang mereka konsumsi, yang hanya dapat terdeteksi melalui pengujian laboratorium. 


"Jadi meskipun air terlihat bening, tetap saja bisa berbahaya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan untuk merebus air, tetapi waktu perebusan juga penting, yaitu selama 15 menit," jelas dr. Diana dalam acara Aqua media trip di Pabrik Aqua Klaten baru-baru ini.


Ia menjelaskan bahwa waktu 15 menit untuk merebus air dapat membunuh kuman dan parasit. Namun, perlu diketahui bahwa parasit lebih sulit untuk mati dalam air yang direbus dibandingkan dengan bakteri.


"Pada suhu tertentu, bakteri mati pada 100 derajat Celsius. Sementara itu, parasit memerlukan waktu lebih lama karena mereka memiliki kapsul," ungkapnya.


Selain bakteri dan parasit, terdapat juga kontaminan berbahaya yang dapat terlarut dalam air minum yang tidak berkualitas. Kontaminan ini sangat berbahaya jika masuk ke dalam tubuh manusia.


"Hal yang sering diabaikan adalah kontaminan. Kontaminan ini bisa berasal dari bahan kimia yang mengandung logam berat. Cemaran lingkungan tidak akan hilang dengan merebus air. Proses perebusan tidak berdampak pada kontaminan, sehingga sebelum dan setelah direbus, kontaminan tetap ada dalam air tersebut," tambahnya.


Menurut dr. Diana, logam berat sering kali dapat memicu kanker. Banyak orang mencoba mengatasi masalah ini dengan menggunakan alat filtrasi. Namun, ia mengingatkan agar masyarakat tidak terlalu bergantung pada alat filtrasi yang tersedia di pasaran karena kemampuan filtrasi alat-alat tersebut bervariasi.


"Perlu berhati-hati, karena banyak alat filter air yang dijual di pasaran. Kemampuan filtrasi dari masing-masing alat bisa berbeda-beda. Oleh karena itu, penting untuk memahami seberapa efektif alat tersebut dalam menghilangkan kontaminan," pungkasnya.(des)