Mitsubishi bergabung ke aliansi Honda dan Nissan untuk mengantisipasi berkembangnya industri kendaraan listrik di masa depan. |
Jakarta – Mitsubishi Motors, pabrikan otomotif asal Jepang, dilaporkan akan bergabung dengan aliansi Honda-Nissan untuk mengatasi pengurangan emisi kendaraan dengan beralih ke mobil listrik.
Menurut laporan dari Nikkei pada Senin (29/7), aliansi ini bertujuan untuk mengkonsolidasikan pasar domestik menjadi dua kekuatan utama, yaitu grup Toyota Motor dan aliansi Honda-Nissan-Mitsubishi.
Perubahan besar dalam industri otomotif global ini diharapkan akan mendorong reorganisasi signifikan, termasuk di berbagai sektor di Jepang. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap Tesla dan produsen mobil asal China yang telah berinvestasi besar-besaran dalam kendaraan listrik, sementara produsen mobil Jepang dinilai belum dapat bersaing dalam hal skala rantai pasokan.
Sebelumnya, Honda dan Nissan mengumumkan perjanjian kerja sama yang komprehensif pada bulan Maret, tetapi belum ada keputusan mengenai peran Mitsubishi Motors, yang mana Nissan memiliki 34,01 persen saham.
Mitsubishi Motors akan bergabung dalam kerangka aliansi Honda-Nissan, dan ketiga perusahaan tersebut akan bekerja sama untuk meningkatkan daya saing mereka di pasar yang sangat kompetitif.
Mitsubishi Motors telah menandatangani perjanjian kerahasiaan dengan Honda dan Nissan dan telah memulai diskusi terkait kerja sama ini.
Honda dan Nissan merupakan produsen mobil terbesar kedua dan ketiga di Jepang, masing-masing dengan penjualan global sebanyak 4,1 juta dan 3,44 juta unit pada tahun fiskal yang berakhir pada Maret 2024. Dengan bergabungnya unit Mitsubishi, grup ini berpeluang memiliki total penjualan mencapai 8,35 juta kendaraan.
Toyota, sebagai produsen mobil terbesar, telah membentuk aliansi di Jepang dengan Daihatsu, Suzuki, Subaru, Mazda, dan Hino Motors, yang memiliki lima pabrik.
Kedua perusahaan juga akan mempertimbangkan untuk saling melengkapi jajaran kendaraan masing-masing. Honda saat ini tidak memproduksi kendaraan plug-in hybrid atau truk pikap di Jepang, sementara Mitsubishi Motors memiliki keunggulan dalam bidang tersebut dan akan menyediakan pasokan OEM.
Aliansi antara Honda, Nissan, dan Mitsubishi muncul dari kesadaran akan krisis yang dihadapi akibat pergeseran besar dalam industri otomotif, yang diperkirakan hanya terjadi sekali dalam 100 tahun.
Seiring pergeseran dari kendaraan berbahan bakar minyak ke kendaraan listrik di tengah upaya dekarbonisasi, produsen mobil Jepang dianggap tertinggal, terutama dibandingkan dengan kebangkitan negara-negara berkembang.
Pada tahun 2023, Nissan dan Honda masing-masing hanya menjual 140 ribu dan 19 ribu mobil listrik di seluruh dunia, sementara Tesla dan BYD jauh lebih unggul dengan penjualan mencapai 1,8 juta dan 1,57 juta unit.
Di China, pasar mobil terbesar, Honda dan Nissan terpaksa mengubah strategi ekspansi mereka untuk bersaing dengan mobil listrik yang lebih murah di pasar lokal.(des)