ilustrasi |
Jakarta - Harga minyak mengalami tekanan di awal perdagangan Asia pada Rabu (17/7), dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi China.
Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah Brent untuk pengiriman masa depan turun 11 sen atau 0,1 persen menjadi US$83,62 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate AS juga turun 11 sen atau 0,1 persen menjadi US$80,65 per barel.
Ekonomi China hanya tumbuh 4,7 persen pada kuartal kedua tahun ini, angka pertumbuhan terendah sejak kuartal pertama 2023. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di pasar terkait prospek permintaan minyak ke depan, mengingat China merupakan salah satu konsumen terbesar minyak dunia.
Selain pengaruh dari China, harga minyak juga tertekan oleh penguatan dolar AS. Indeks dolar sedikit menguat untuk sesi ketiga berturut-turut pada hari Rabu sebelumnya, membuat minyak lebih mahal bagi investor yang menggunakan mata uang selain dolar AS, yang dapat mengurangi permintaan.
Namun, tekanan ini sebagian dapat diredam oleh pengetatan pasokan di Amerika Serikat, yang merupakan produsen dan konsumen minyak terbesar di dunia.
Data dari American Petroleum Institute menunjukkan bahwa stok minyak mentah AS turun sebanyak 4,4 juta barel dalam minggu yang berakhir pada 12 Juli. (des)