Pasaman Barat, fajarsumbar.com - Desa Jorong Sitabu, Nagari Bahoras, Kecamatan Gunung Tuleh, Pasaman Barat, Sumatera Barat (Sumbar) menjadi saksi haru ketika Ekspedisi Andalas yang digelar oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) KM Universitas Andalas (Unand) berakhir, Minggu (21/7/2024).
Isak tangis warga setempat pecah saat mengiringi perpisahan para mahasiswa yang telah menghabiskan sepuluh hari mengabdi di desa paling ujung wilayah Utara, Sumatera Barat tersebut. Lebih mengharukan lagi warga satu kampung bercucuran air mata sekaligus memberikan lambaian tangan untuk melepas kepergian anggota ekspedisi.
Warga desa yang merasa kehilangan, rela mengantre untuk bersalam-salaman dan berpelukan dengan anggota ekspedisi, membingkai kenangan yang tak terlupakan bagi mahasiswa Unand.
"Banyak kenangan indah terukir di Jorong Sitabu. Warga sangat baik dan menyambut kami dengan senang hati. Kami tidak akan melupakan hal ini," ujar Khairunisa, salah satu anggota ekspedisi kepada fajarsumbar.com melalui relis yang diterima redaksi, Rabu (24/7/2024).
Ekspedisi Andalas ini merupakan kegiatan tahunan yang bertujuan untuk melestarikan budaya serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Tahun ini, ekspedisi berlangsung dari 10 hingga 21 Juli 2024, dengan tema "Eksplorasi Bumi Bahoras untuk Menjelajahi Budaya Anak Nagari". Sebanyak 30 relawan disambut dengan hangat oleh masyarakat di desa kecil yang berada di ujung Sumatera Barat tersebut.
Selama sepuluh hari, berbagai kegiatan dilaksanakan untuk meningkatkan kesadaran budaya dan keindahan alam masyarakat Sitabu. Kegiatan-kegiatan ini meliputi lomba kuliner lokal, sekolah alam, puncak seni dengan penampilan Gordang Sambilan, sebuah tradisi musik khas setempat, pendidikan di sekolah dasar dan menengah pertama, kegiatan keagamaan, penanaman bibit pohon, pelepasan 3.000 bibit ikan, kelas seni, serta pengenalan ekonomi kreatif.
Selain fokus pada kebudayaan, Ekspedisi Andalas juga menyediakan bantuan sosial. Pemeriksaan kesehatan dan pemberian bantuan sosial berupa sembako, buku, merchandise UNAND, serta Al-Quran disalurkan melalui lembaga Yakesma. Kegiatan ekspedisi ditutup dengan malam puncak seni yang dihadiri lebih dari 300 warga. Acara ini menampilkan berbagai pertunjukan budaya dan diakhiri dengan prosesi makan bersama.
Kepala Jorong Sitabu, Miftahuddin Lubis, mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para mahasiswa. "Semua kegiatan adik-adik menyatukan berbagai kalangan baik lansia, anak-anak, maupun pemuda," ujarnya pada malam puncak seni. Ia mengaku tidak pernah menyangka bahwa Universitas Andalas bisa mencapai tempat mereka dan memberikan dampak positif yang begitu besar.
Kepulangan panitia Ekspedisi Andalas diiringi dengan haru dan tangis perpisahan dari masyarakat Sitabu yang berbaris di sepanjang jalan, menandakan eratnya kebersamaan yang terjalin selama kegiatan berlangsung.
Kebersamaan yang tercipta selama sepuluh hari penuh dengan kegiatan sosial, budaya, dan lingkungan telah membangun ikatan yang mendalam antara para mahasiswa dan warga Jorong Sitabu. Setiap tawa, cerita, dan momen yang dibagi telah menciptakan kenangan yang tak akan terlupakan, baik bagi penduduk setempat maupun bagi relawan dari Universitas Andalas.
Para mahasiswa merasa terhormat bisa berkontribusi dalam kehidupan masyarakat Sitabu, belajar banyak dari kearifan lokal dan keramahan penduduk yang luar biasa. Sementara itu, warga Sitabu mengakui bahwa kehadiran para mahasiswa telah memberikan semangat baru dan harapan bagi desa mereka.
Tidak hanya dalam pelaksanaan kegiatan, tetapi juga dalam setiap interaksi harian, terjalinlah persahabatan yang tulus. Senyum dan pelukan hangat yang diberikan saat perpisahan adalah bukti nyata dari betapa berharganya hubungan yang telah terbentuk.
Bagi Khairunisa dan teman-temannya, Jorong Sitabu bukan lagi sekadar tempat singgah untuk melaksanakan program pengabdian masyarakat, tetapi sudah menjadi rumah kedua. Rumah yang akan selalu diingat dan dirindukan, lengkap dengan suara Gordang Sambilan yang menggema, tawa anak-anak yang bermain, dan senyum hangat para lansia yang menyambut mereka setiap hari.
Warga Sitabu, dengan segala kerendahan hati, memberikan pelajaran berharga tentang nilai-nilai kebersamaan, gotong royong, dan keikhlasan dalam menerima tamu. Mereka menunjukkan bahwa meskipun desa mereka terpencil, hati mereka terbuka lebar untuk menyambut siapa pun yang datang dengan niat baik.
Perpisahan ini, meskipun dipenuhi dengan air mata, bukanlah akhir dari segalanya. Ini adalah awal dari hubungan panjang yang akan terus terjalin antara Universitas Andalas dan masyarakat Jorong Sitabu.
Momen ini menjadi pengingat bagi para mahasiswa akan pentingnya peran mereka dalam masyarakat dan betapa besar dampak yang bisa mereka berikan, tidak hanya di dalam kampus, tetapi juga di luar sana, di desa-desa kecil yang menunggu sentuhan tangan-tangan muda penuh semangat dan harapan. (Khairunnisa)