Banyak mobil China masuk ke Indonesia, ini kata Ahok. |
TANGERANG - Brand mobil asal China kini semakin aktif di pasar otomotif Indonesia dengan penawaran utama berupa mobil listrik. Pemerintah Indonesia memberikan insentif berupa penghapusan bea masuk untuk mobil listrik impor dengan syarat produsen harus berkomitmen untuk membangun fasilitas produksi di dalam negeri.
Menurut kebijakan tersebut, produsen yang menikmati insentif bea masuk dan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) harus memastikan bahwa produksi mobil listrik lokal mereka sama dengan jumlah yang diimpor hingga 2025. Selain itu, mereka juga harus memenuhi syarat tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) hingga 2027.
Mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), mendukung aturan ini. Ia menilai bahwa kebijakan tersebut mendorong produsen mobil listrik asal China untuk berinvestasi di Indonesia jika ingin terus menjual produk mereka di sini.
"Saya tidak mengetahui detail peraturan mengenai impor mobil listrik, tetapi peraturan pemerintah sudah jelas: jika Anda ingin mengimpor, Anda harus membangun fasilitas produksi di sini dalam dua tahun," ujar Ahok di acara GIIAS 2024, ICE BSD City, Tangerang, Jumat (26/7/2024).
"Selain itu, Anda juga harus memberikan jaminan investasi. Pak Yohannes (Ketua Umum Gaikindo) telah beberapa kali menyebutkan bahwa ini adalah langkah yang baik. Ketika ada ketegangan dengan negara-negara seperti China, Indonesia diharapkan menjadi pusat produksi," tambahnya.
Ahok melihat potensi besar bagi industri otomotif Indonesia untuk memperoleh pengakuan global. Banyak produsen juga memproduksi mobil untuk pasar internasional, bahkan ada yang menggunakan setir kiri.
"Bahkan, ada yang memproduksi mobil dengan setir kiri di sini untuk diekspor. Artinya, negara asal produksinya jadi Indonesia. Ini sangat menarik," ucapnya.
Ahok berharap industri otomotif Indonesia tidak mengalami nasib yang sama seperti sektor tekstil dan elektronik yang mengalami penurunan. Ia berharap Indonesia bisa menjadi basis produksi dengan nilai tambah yang tinggi.
"Kita sudah kehilangan banyak sektor, seperti sepatu yang semakin lama semakin habis. Makanya, kita melihat adanya peluang besar di industri otomotif," pungkasnya.(BY)