Ilustrasi mobil listrik. |
Jakarta - Pemerintah Amerika Serikat dan Uni Eropa telah mengambil langkah-langkah ambisius dalam upaya mendekarbonisasi sektor transportasi dengan mendorong penggunaan kendaraan listrik. Namun, respons positif dari Tiongkok yang hampir menguasai pasokan global kendaraan listrik telah memunculkan ketakutan baru, yaitu ancaman siber yang disisipkan pada kendaraan listrik pintar yang berjalan di Eropa.
Ketakutan ini mirip dengan bagaimana ekspansi Huawei membuka jalan bagi Tiongkok untuk mengakses jaringan telekomunikasi di Barat. Demikian pula, pengambilalihan pasar oleh perusahaan baterai Tiongkok dapat menghadirkan ancaman serius bagi keamanan nasional.
Dalam upaya untuk menguasai rantai pasokan baterai dan kendaraan listrik, Tiongkok telah mengambil langkah-langkah besar. Perencanaan pusat Tiongkok telah mengatur langkah-langkah ini dalam rencana lima tahun mereka, memberikan Beijing keunggulan kompetitif atas Amerika Serikat dan negara-negara lain.
Menurut laporan The Australian Financial Review pada Kamis (2/11/2023), perusahaan-perusahaan seperti CATL dan BYD, yang saat ini mendominasi pasar global, telah menerima subsidi besar-besaran dari pemerintah China. Hal ini dianggap telah membuka pintu bagi Tiongkok untuk mengendalikan operasi internal dan operasional melalui perekrutan perusahaan-perusahaan tersebut.
Ancaman ini tidak hanya berhenti pada kendaraan listrik dan pasokan baterai. CATL dan BYD telah memperluas bisnis mereka ke jaringan pengisian kendaraan listrik dan sistem penyimpanan energi baterai (BESS) yang dapat digunakan oleh utilitas untuk menyimpan daya.
Namun, transparansi dari perjanjian kemitraan antara perusahaan energi Amerika Serikat dan perusahaan baterai Tiongkok sangat terbatas, yang dianggap dapat menyebabkan risiko yang sangat berbahaya bagi keamanan nasional.
Ancaman yang timbul dari dominasi baterai Tiongkok sangat nyata. Prioritas saat ini adalah sejauh mana Washington, Uni Eropa, dan mitra mereka yang lainnya akan memprioritaskan keamanan nasional di atas upaya dekarbonisasi. Dalam upaya mencapai tujuan lingkungan, tidak boleh mengabaikan risiko siber dan keamanan nasional.(BY)