Roda LRT Jabodebek Aus. |
Jakarta - Layanan LRT Jabodebek menghadapi tantangan serius terkait masalah keausan roda yang baru-baru ini terungkap setelah mulai beroperasi secara komersial. Ketua Bidang Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Aditya Dwi Laksana, menyampaikan keprihatinannya terhadap situasi ini dan menegaskan bahwa permasalahan semacam ini seharusnya sudah diidentifikasi sebelum LRT Jabodebek beroperasi.
"Ini seharusnya tidak boleh terjadi. Seharusnya kita sudah menyiapkan peningkatan frekuensi perjalanan, mengurangi jarak antar kereta, dan memperpanjang jam operasional. Tapi kenyataannya, armada yang beroperasi malah berkurang," ungkap Aditya.
Kondisi ini menunjukkan bahwa persiapan yang belum matang terkait sarana, prasarana, sistem persinyalan, dan sistem kendali LRT Jabodebek. Dampaknya adalah ketidaknyamanan bagi penumpang dan potensi penurunan minat masyarakat untuk menggunakan layanan LRT, meskipun animo masyarakat terhadap layanan ini sudah mulai meningkat.
Aditya menekankan pentingnya belajar dari permasalahan ini, mulai dari penanganan pintu kereta hingga masalah keausan roda. Ini harus menjadi panduan yang sangat penting untuk pengembangan dan pengoperasian infrastruktur kereta api perkotaan di masa mendatang.
Selanjutnya, Aditya mendorong percepatan dalam proses perawatan roda dan memastikan bahwa roda baru yang digunakan sebagai cadangan memenuhi standar kualitas yang ditetapkan.
"Kita juga perlu mempertimbangkan restrukturisasi lebar jalur rel untuk mengurangi tingkat keausan roda dan meningkatkan kapasitas perawatan dengan menambah jumlah mesin perawatan roda," tambahnya.
Manager Public Relations LRT Jabodebek, Kuswardoyo, mengungkapkan bahwa masalah ini baru muncul setelah LRT Jabodebek beroperasi secara komersial, sehingga pihaknya tidak siap menghadapi permasalahan ini.
"Kita belum menyiapkan apapun karena selama ini perawatan merupakan tanggung jawab produsen. Namun, setelah LRT beroperasi, kita baru menyadari tingkat keausan yang sangat tinggi," ungkap Kuswardoyo.
Kuswardoyo segera mengambil tindakan dengan memesan 1.000 unit roda LRT Jabodebek dari PT Industri Kereta Api (INKA) dengan harapan agar roda-roda ini tiba di Depo LRT Jabodebek paling lambat pada Januari 2023, dan akan dilakukan dalam beberapa tahap.
"Kami segera memesan roda, dan juga mengusulkan sejumlah perbaikan. Namun, pekerjaan ini bukan hanya tanggung jawab kami," jelasnya.
Masalah keausan roda menjadi catatan penting dalam pengoperasian LRT Jabodebek yang memerlukan solusi terintegrasi dari semua pihak terkait untuk menjaga kualitas layanan dan keamanan penumpang.(BY)