. |
Padang – Gubernur Sumatera Barat (Sumbar) Mahyeldi Ansharullah menegaskan bahwa setiap bayi dan anak berhak atas kelangsungan hidup, bertumbuh, dan berkembang. Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumbar terus mengoptimalkan jaminan kesehatan anak secara terpadu, melalui pemaksimalan fungsi Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
Hal itu disampaikan Gubernur Mahyeldi saat pembukaan agenda "Knowlegde Sharing Program on Maternal and Child Health Handbook", bersama Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) RI Dante Saksono Harbuwono dan Kepala Kantor Perwakilan JICA Indonesia Takehiro Yasui di Auditorium Gubernuran Sumbar, Senin (11/9/2023).
“Kesehatan anak terpadu harus dimulai dari pelayanan kesehatan janin dalam kandungan, kesehatan bayi baru lahir, kesehatan bayi, anak balita, kesehatan prasekolah, kesehatan anak usia sekolah dan remaja, serta perlindungan kesehatan anak. Tujuannya, agar kelangsungan hidup anak melalui penurunan angka kematian bayi baru lahir bisa terjamin, ucap Gubernur Mahyeldi.
Pemprov Sumbar melalui Dinas Kesehatan (Dinkes), sambung Gubernur, telah menjadikan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sebagai instrumen pemberdayaan keluarga dan masyarakat, yang diperkenalkan pada tahun 1994, mulai diterapkan sejak tahun 1997, dan mulai diterapkan di Sumbar pada tahun 1999.
“Dari Buku KIA, kita memperoleh informasi pelayanan dan perawatan kesehatan bayi. Selain itu juga menjadi catatan atas kesehatan ibu dan anak, alat monitor kesehatan, dan alat komunikasi antar tenaga kesehatan dengan pasien,” ucap Gubernur dalam pembukaan program yang diikuti 26 peserta dari sembilan (9) negara dan lima (5) provinsi di Indonesia tersebut.
Dirincikan, sebanyak 26 peserta KSP ini berasal dari Kamboja, Kenya, Tajikistan, Madagaskar, Thailand, Timor Leste, Vietnam, Laos, dan Indonesia sendiri selaku tuan rumah. Dari Indonesia sendiri, turut hadir perwakilan dari DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, dan Sumatera Barat sendiri.
"Peningkatan kesehatan ibu dan anak selaras dengan prioritas kita. Pemprov Sumbar telah mensinergikan 17 indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) ke RPJMD Sumbar 2021-2026, dengan output dan outcome jaminan kehidupan yang sehat dan kesejahteraan yang meningkat bagi penduduk semua usia. Ini juga sejalan dengan misi RPJMD Sumbar, yaitu Meningkatkan Kualitas SDM yang Sehat, Berpengetahuan, Terampil dan Berdaya Saing menuju Generasi Emas tahun 2045,” ucap Gubernur lagi.
Dalam kesempatan itu, Gubernur Mahyeldi mengucapkan terima kasih kepada Kemenkes RI, Organisasi Profesi terkait, serta Japan International Cooperation Agency (JICA), atas dipilihnya Sumbar sebagai lokus pembelajaran dan sosialisasi Buku KIA khusus Bayi Kecil, yang merupakan buku tambahan dan digunakan bersamaan dengan Buku KIA.
Kegiatan KSP ini mengusung tema “Memberdayakan Keluarga dalam Kesinambungan Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak melalui Kolaborasi Lintas Sektor dengan Menggunakan Buku KIA". Selama lima hari kegiatan pada 10 s/d 15 September 2023, para peserta akan meninjau pelayanan kesehatan melalui kunjungan lapangan ke RSUP Dr. M Djamil; Posyandu, Puskesmas, dan Kids & Mom Care di Kota Solok, serta Dasa Wisma di Kabupaten Tanah Datar.
Sementara itu, Wamenkes RI Dante Saksono Harbuwono mengungkapkan, data terkini menunjukkan bahwa hampir setiap dua menit satu orang bayi meninggal dunia di Indonesia. Sementara itu terkait kematian ibu saat persalinan, banyak disebabkan oleh pendarahan, infeksi, darah tinggi, serta minimnya pengetahuan tentang kesehatan dan gizi.
“Sumbar sendiri menjadi salah satu daerah bagi kita untuk belajar terkait pelayanan kesehatan ibu dan anak, secara spesifiknya untuk mempelajari pemaksimalan penggunaan Buku KIA yang kesuksesan capaian programnya hingga 98 persen. Ini sangat penting untuk dipahami, selain juga selalu meningkatkan kualitas petugas kesehatan, sarana kesehatan, dan kualitas pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak," ujar Dante.
Meski angka kematian ibu dan anak secara global mengalami penurunan yang cukup signifikan, sambungnya, akan tetapi bebannya masih cukup tinggi, di mana pada 2017 hampir 300 ribu perempuan meninggal selama dan setelah kehamilan. "Termasuk kematian bayi, yang tercatat sekitar 5 juta kematian setiap tahunnya," terangnya.
Melihat kondisi demikian, maka perlu dilakukan optimalisasi penggunaan buku KIA dalam mendukung kesehatan ibu dan anak. Sebab, Buku KIA memainkan peran penting sebagai alat berbasis rumah untuk memastikan kesehatan ibu dan anak yang berkelanjutan. Oleh karena itu, KSP memberikan kesempatan untuk berbagi pengalaman di antara negara-negara peserta.
“Kami mengapresiasi Gubernur Sumbar dan Pemprov Sumbar, yang telah berkolaborasi dengan JICA dan Kemenkes untuk perhelatan KSP ini, dan semoga program ini dapat menghasilkan solusi dalam peningkatan pelayanan bagi ibu hamil dan bayi agar ke depan lebih baik,” ucapnya menutup.
Di sisi lain, Kepala Kantor Perwakilan JICA Indonesia Takehiro Yasui menyampaikan, bahwa kegiatan Knowledge Sharing Program (KSP) ini merupakan bagian dari kerangka proyek kerja sama teknis lima tahun (2018-2023) yang terjalin antara Kemenkes RI dan JICA. Indonesia sendiri adalah negara pertama di dunia yang memperkenalkan Buku KIA secara nasional.
"Sebelumnya Pemerintah Indonesia bersama JICA telah menyelenggarakan pelatihan internasional untuk memperkuat implementasi Buku KIA ini, dengan mengundang perwakilan 17 negara di Asia, Timur Tengah, dan Afrika dengan," terangnya.
Takehiro menyebutkan, program ini ditujukan tidak hanya untuk berbagi pengetahuan, tetapi juga untuk menciptakan berbagai tahap persiapan strategi masa depan untuk menghadapi masalah-masalah spesifk terkait kesehatan ibu dan anak di berbagai negara.
"Kami di JICA menegaskan kepedulian yang sama tentang bagaimana kita dapat memperkuat keberlangsungan pengasuhan ibu dan anak, serta menjamin mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak," tukasnya. (adpsb)