ilustrasi |
Parit Malintang - Kantor Cabang Bandara Internasional Minangkabau (BIM) yang dikelola oleh PT Angkasa Pura II, Kabupaten Padang Pariaman, telah mengonfirmasi bahwa jarak pandang penerbangan di bandara tersebut masih dalam kategori aman, meskipun terdapat lima titik api di perbatasan Kabupaten Pesisir Selatan dengan Provinsi Bengkulu.
"Secara umum, belum ada gangguan terhadap jarak pandang penerbangan, dan situasinya masih aman," ujar Executive General Manager PT Angkasa Pura II BIM, Siswanto, pada Selasa (5/9/2023).
Siswanto menambahkan bahwa hingga saat ini tidak ada penerbangan yang ditunda atau dibatalkan karena kabut asap. Namun, Angkasa Pura II tetap aktif memantau perkembangan situasi, termasuk berkoordinasi dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setempat.
"Jarak pandang di BIM saat ini berkisar antara 8.000 hingga 10.000 meter, yang masih termasuk dalam kategori standar," tambahnya.
Meskipun situasi masih dalam kondisi aman, Angkasa Pura II telah menyiapkan sejumlah langkah-langkah mitigasi dan antisipasi. Salah satunya adalah melakukan inspeksi dan pengawasan terhadap titik-titik api yang berpotensi mengganggu aktivitas di bandara.
Selain itu, jika jarak pandang turun karena kabut asap, Angkasa Pura II akan memasang lampu di siang hari untuk membantu pilot dalam proses mendarat dan lepas landas pesawat.
"Seperti tahun-tahun sebelumnya, kami melakukan patroli rutin di sekitar area bandara. Jadi, jika ada kemungkinan titik api, kami dapat segera mengambil tindakan mitigasi," jelasnya.
Di tempat lain, Dinas Kehutanan (Dishut) Sumatera Barat (Sumbar) telah mendeteksi adanya lima titik api di perbatasan Kabupaten Pesisir Selatan dengan Provinsi Bengkulu pada Senin (4/9/2023) sore.
"Menurut Sistem Informasi Deteksi Dini Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan yang Berbasis Aplikasi dan Web (SiPongi), ada lima titik api di Pesisir Selatan, dan satu di antaranya telah terkonfirmasi," kata Kadishut Sumbar, Yozarwardi.
Aplikasi SiPongi ini menggunakan dua warna yang menunjukkan tingkat kepercayaan. Warna kuning menandakan tingkat kepercayaan antara 30 hingga 78 persen, sementara warna merah menunjukkan tingkat kepercayaan di atas 80 persen.
SiPongi, yang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, menjadi rujukan utama dalam informasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia.
Informasi dari SiPongi menjadi dasar untuk melakukan tindakan pencegahan karhutla melalui deteksi dini hotspot atau titik panas, dan menjadi sumber informasi yang paling valid untuk tindakan selanjutnya. (des)