Indocement Tunggal Prakarsa: Dari Jejak Berawal Hingga Berkembang Pesat -->

Iklan Muba

Indocement Tunggal Prakarsa: Dari Jejak Berawal Hingga Berkembang Pesat

Sabtu, 12 Agustus 2023
Siapa Pendiri PT Indocement? 


Jakarta - Sebagai salah satu raksasa industri semen terkemuka di Indonesia, PT Indocement Tunggal Prakarsa telah mengukir sejarah panjang perjalanan suksesnya. Didirikan pada bulan Juni 1985, perusahaan ini mengalami transformasi yang mengagumkan dari sekumpulan perusahaan kecil menjadi kekuatan dominan di sektor konstruksi tanah air.


Nama lengkapnya, Perseroan Terbatas Indocement Tunggal Prakarsa, disingkat PT Indocement, telah menjelma menjadi ikon dalam industri semen Indonesia. Akan tetapi, perjalanan gemilang ini dimulai dari kisah pendirian oleh beberapa tokoh visioner pada tahun 1973.


Awalnya, PT Indocement terdiri dari enam perusahaan terpisah, masing-masing adalah:


PT Distinct Indonesia Cement Enterprise (DICE) (1973)

PT Perkasa Indonesia Cement Enterprise (1973)

PT Perkasa Indah Indonesia Cement Putih Enterprise (1978)

PT Perkasa Agung Utama Indonesia Cement Enterprise (1979)

PT Perkasa Inti Abadi Indonesia Cement Enterprise (1980)

PT Perkasa Abadi Mulia Indonesia Cement Enterprise (1980)

DICE, yang menjadi pelopor dari perusahaan-perusahaan ini, didirikan oleh para pionir bisnis Indonesia yang tak lain adalah Sudono Salim, pendiri Salim Group. Meskipun usianya baru satu tahun saat pendirian, semangat pantang menyerah Sudono Salim dan timnya mendorong pendirian perusahaan ini pada tahun 1973. Dalam kolaborasi dengan tiga konglomerat lainnya, yaitu Djuhar Sutanto, Ibrahim Risjad, dan Sudwikatmono, DICE mengawali perjalanan megahnya.


Tidak butuh waktu lama bagi perusahaan ini untuk menunjukkan potensi dahsyatnya. Pada tahun pertama operasinya, pada tahun 1975, pabrik semen di bawah Salim Group berhasil mencapai kapasitas produksi 500.000 ton di pabrik Citeureup, Jawa Barat. Capaian ini setara dengan 24% dari total produksi semen domestik pada saat itu. Capaian tersebut terus berkembang pesat hingga mencapai kapasitas produksi 8,9 juta ton pada tahun 1985, yang mewakili 51% dari total produksi domestik.


Perubahan penting lainnya terjadi pada tahun 1985. Merger seluruh pabrik semen yang dimiliki membentuk PT Inti Cahaya Manunggal, yang kemudian dikenal sebagai PT Indocement pada bulan Juni tahun yang sama. Pemerintah Indonesia juga terlibat dengan menanamkan modal sekitar 35% dari total saham PT Indocement pada saat itu.


Pada tahun-tahun berikutnya, perjalanan PT Indocement tidak hanya mencakup produksi semen, tetapi juga merambah ke sektor beton siap pakai pada tahun 1991 dengan berdirinya PT Pionirbeton Industri. Dalam upaya untuk mendukung produksi beton siap pakai ini, perusahaan juga terlibat dalam penambangan batu andesit yang juga dikenal sebagai agregat.


Namun, masa peralihan seiring berjalannya waktu membawa perubahan dalam kepemilikan perusahaan. Pada tahun 2001, Salim Group menjual sebagian besar sahamnya kepada HeidelbergCement Group, perusahaan manufaktur bahan bangunan terkemuka asal Jerman. HeidelbergCement Group menjadi pemegang saham mayoritas PT Indocement dengan mengakuisisi 61,7% saham melalui anak perusahaannya, Kimmeridge Enterprise.


Perjalanan kisah sukses PT Indocement terus berlanjut dengan pertumbuhan yang konsisten dalam penjualan produk utamanya, meskipun menghadapi tantangan seperti pandemi Covid-19. Penjualan semen meningkat sebesar 9,8% menjadi Rp15,4 triliun pada akhir 2022, sementara penjualan beton siap pakai mengalami penurunan sebesar 17% menjadi Rp1,4 triliun pada akhir 2022, tetapi mengalami kenaikan 35% dari tahun sebelumnya. Sementara itu, penjualan agregat meningkat sebesar 87% menjadi Rp210 miliar pada akhir 2022.


Dalam 5 tahun terakhir ini, PT Indocement terus menunjukkan komitmen dan kualitasnya di industri konstruksi Indonesia, mengukuhkan posisinya sebagai salah satu pemain utama dalam sektor ini. Kisah sukses ini mengingatkan kita akan semangat perintis dan inovasi yang menjadi dasar kokoh bagi perusahaan ini hingga saat ini.(BY)