Ragam hias ukiran Saluak laka di Museum Istano Basa Pagaruyung |
Penulis : Freddy
Tanah Datar, fajarsumbar.com - Kalau kita berkunjung ke Museum Istano Basa Pagaruyung, maka kita akan kagum atas banyaknya ragam hias ukiran dengan bermacam motif dan setiap motif mempunyai makna yang berbeda pula, yang menghiasi Rumah Gadang Istano Basa Pagaruyung.
Kali ini penulis akan mengangkat tentang ragam hias ukiran Saluak Laka di Pintu Museum Istano Basa Pagaruyung, yang terletak di Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat, yang mempunyai makna dan filosofi.
Saluak Laka adalah alas periuk yang terbuat dari jalinan lidi enau atau lidi kelapa, jalinan tersebut berfungsi sebagai alas atau penahan periuk agar jangan terguling, dan jelaganya jangan sampai mengenai benda-benda yang lainnya.
Hal yang ingin diungkapkan melalui bentuk Saluak Laka ini adalah bentuknya yang terjalin erat, sehingga membentuk kesatuan yang kuat dan ulet. Jalinannya yang kuat inilah yang pantas diteladani dalam kehidupan kekeluargaan.
Kata-kata adat dalam Saluak Laka ini yaitu,
Nan basaluak nan bak laka,
Nan bakaik nan bak gagang,
Supayo tali nak jan putuih,
Kaik bakaik nak jan ungkai.
Artinya, yang terjalin erat seperti laka, yang berkait seperti gagang, supaya tali jangan putus, kait berkait supaya jangan lepas.
Kata-kata tersebut menggambarkan bagaimana eratnya hubungan sistem kekerabatan di Minangkabau, ikatan kekeluargaan itu digambarkan bagaikan jalinan rotan atau lidi laka. Kalau lidi atau rotan sudah dijalin menjadi laka, maka kekuatannya akan berlipat ganda.
Demikian juga dengan kehidupan kekerabatan di Minangkabau, walaupun pengaruh dari luar datang begitu besar, namun karena ikatan adat yang kuat maka sistem kekerabatan tersebut tidak akan goyah. Kekuatan ikatan adat inilah yang disebut adat yang "tak lakang dek paneh, tak lapuak dek hujan".
Saluak laka merupakan motif ragam hias yang penting diantara motif-motif ragam hias di Minangkabau, letaknya pada daun pintu dan daun jendela, seakan menyambut setiap kedatangan tamu dengan salam persaudaraan yang kuat.
Dalam upacara adat hubungan kekerabatan sangatlah besar. Untuk mempersiapkan upacara adat semua kerabat, urang sumando, anak pisang, ipar besan dan semua kerabat jauh dan dekat. Mereka bergotong royong dan bekerja secara bersama menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan tanggung jawab mereka masing-masing, beban yang berat akan terasa ringan apabila dikerjakan secara bersama-sama.
Begitulah ceritanya artikel yang penulis buat ini, semoga bagi yang berkunjung ke Sumatera Barat jangan lupa singgah ke Tanah Datar, untuk melihat langsung Museum Istano Basa Pagaruyung, yang begitu spesifik dan penuh sejarah Minangkabau. (**)